Kutkh

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #33

Si Pemula

Akhirnya kami melanjutkan belanja.

Sekitar 3 toko kami datangi kemudian kami pulang.

Bawaan kami banyak sekali.

Kali ini bahkan beban bawaanku lebih berat dari sebelumnya meski sudah dibantu oleh Paman Kirill.

“Uuurrgghh!!!”

“Ayo, sedikit lagi sampai.”

“I-iya, uuuooooggghhH!!!”

Dengan sekuat tenaga, kutenteng semua belanjaan yang menjadi bagianku.

Saat kami sampai, beberapa pegawai kedai menghampiri dan membantu membawa barang belanjaan.

“Banyak sekali belanjanya, master. Tidak seperti biasanya.” Kata salah satu pegawai.

“Ahahaha, sekalian saja. Toh juga ada beberapa barang yang tinggal sedikit juga kan, beli aja sekalian.”

Si pegawai melihat ke arahku dengan tatapan sinis.

“Cih.”

Kudengar pegawai itu mendecakkan lidah saat menatapku.

Apa-apaan itu?

Aku kesal, tapi sepertinya lebih baik kalau aku tidak memulai kericuhan. Kutinggalkan saja ia lalu kupalingkan diriku pada Paman Kirill.

“Paman, sekarang aku harus apa?”

“Hmm…” Paman Kirill terlihat berpikir sejenak.

“Kau bantu saja Budimir di gudang.”

Budimir itu siapa lagi…

Aku baru ingat kalau di sini kami belum saling mengenal. Hanya aku dan Paman Fyodor yang memperkenalkan diri, yang lain belum.

“Anu…”

“Kamu tanya saja padanya untuk tugasmu. Nah, aku mau mengurus sesuatu dulu.”

Paman Kirill meninggalkanku bahkan sebelum aku selesai bicara.

Aduh, Gudang juga ada di mana. Aku benar-benar bingung.

Paman Fyodor menghampiriku.

“Ndre, aku tinggal dulu. Kalau kau kenapa-kenapa bilang saja padaku. Ingat, kita ini rekan seperjalanan.”

Hah…?

Bentar…

Kenapa Paman Fyodor jadi peduli gini…?

Padahal biasanya dia itu cuek dan bahkan jarang nimbrung di obrolan.

“Ndre?”

“Ah, iya paman.”

Karena keterkejutanku, tanpa sadar aku jadi tidak menghiraukan kata-katanya.

Paman Fyodor lalu menepuk pundakku dan berlalu.

 

 

Sekarang, aku harus mencari manusia yang bernama Budimir.

DI mana yah kira-kira…?

Apa aku tanya pada salah seorang pegawai saja ya…?

Kuhampiri salah satu pegawai yang tadi menatapku dengan sinis.

“A-anu…”

Pegawai itu menatapku tajam.

“Hah? Apa?”

“Anu… Saya disuruh menemui orang yang namanya Budimir. Di mana ya paman?”

Pegawai itu menghela napasnya.

“… Dia ada di Gudang.”

“Anu… Gudangnya sebelah mana?”

“Cari sendiri sana.” Katanya sambil melengos.

Grr….

Oke, tahan… Tahan…

“Baik… Terima kasih.” Kataku sambil meninggalkannya.

 

Siapa yang harus aku tanyai ya…?

Semua pegawai terlihat tidak ramah, aku jadi tidak nyaman untuk bertanya.

Hmm….

Mungkin Bibi Alina bisa membantuku.

Dia adalah satu-satunya pegawai yang kukenal saat ini.

Kucari Bibi Alina di dalam kedai.

Seperti dugaanku, ia ada di dalam sedang berkutat di meja kasir.

Kusapa ia, “Bibi Alina!”

Orang yang kusapa Nampak kebingungan mencari sumber suara.

“Oh! Kau si anak baru. Ada apa?”

Nadanya ramah, sangat berbeda dengan pegawai yang lain.

“Anu… Aku disuruh menemui orang yang Namanya Budimir di gudang. Apa bibi tahu di mana?”

Bibi Alina mengernyitkan dahinya.

“Kau tadi habis belanja kan? Memangnya tidak bertemu? Lalu, jangan panggil aku bibi, aku belum setua itu.”

“Ehehehe… Maaf, kalau begitu kak saja ya. Aku belum tahu nama-nama pegawai sini. Tadi aku bertanya pada salah satu orang, tapi dia bilang suruh cari sendiri di gudang. Aku tidak tahu juga gudangnya ada di mana.”

Kak Alina lalu menghela napasnya.

“Haahh… Ya sudah, sini aku tunjukkan.”

“Baik, terima kasih kak!”

Kami berdua lalu pergi menuju gudang.

Yang membuatku terkejut, ternyata tempatnya ada di dekat situ, tepatnya di tempat di mana aku bertemu dengan pegawai sinis tadi.

“Oi, Budimir! Kau dicariin nih!” Seru Kak Alina pada seseorang di situ.

Orang itu menoleh pada kami. Ternyata itu orang yang sama dengan si pegawai sinis tadi.

“Ah, ada apa Lin? Oh…” Raut wajahnya seketika berubah saat melihatku.

Lihat selengkapnya