Keluarga Belijelen... adalah keluarga bangsawan rendah.
Mereka dulunya memiliki wilayah kekuasaan.
Meski itu hanyalah sebuah kota yang sangat kecil.
Besarnya tidak bisa dibandingkan dengan Plemenita, apalagi Balmoral.
Mungkin seperti Millstone.
Daerah itu bernama Rusalka.
Gelar bagi yang memegang kekuasaan di Rusalka adalah Baron.
Kami biasa menyebutnya sebagai Baron Belijelen.
Selama beberapa dekade, Rusalka adalah wilayah biasa saja. Tidak makmur, namun tidak miskin.
Baron Belijelen memerintah dengan cukup baik.
Keluarga baron juga cukup dicintai oleh rakyatnya.
Namun, sebuah tragedi menimpa tempat itu.
Saat itu, seingatku Boris masih di umur-umur dewasa muda.
Ia sudah dinobatkan sebagai penerus ayahnya, Vissarion Belijelen.
Aku tak terlalu peduli dengan detailnya, namun kisah ini cukup menjadi buah bibir di antara bangsawan saat itu.
Suatu waktu, terjadi penyerangan oleh orang-orang berbaju hitam.
Mereka merampas berbagai macam hal.
Mulai dari ternak, harta benda sampai nyawa.
Vissarion saat itu cukup kewalahan menghadapi serangan mereka.
Rusalka adalah kota kecil. Kekuatan militernya tidaklah begitu kuat.
Hanya ada beberapa orang tentara yang ditugaskan untuk berpatroli, jumlah mereka tidak bisa menandingi banyaknya pasukan hitam ini.
Apa? Siapa pasukan hitam itu?
Hm... Sebentar, biar kuingat-ingat...
Ah...
Saat itu, ada sebuah pasukan perampok yang cukup terkenal.
Mereka selalu berpakaian serba hitam dan menargetkan beberapa wilayah tertentu.
Seingatku, mereka itu selalu menargetkan orang kaya dan bangsawan sebagai mangsa.
Tapi entahlah, mereka saat itu merampok sebuah kota sepert Rusalka.
Bahkan harta milik rakyat biasa saja mereka ambil.
Hm...? Ada apa Novel?
Ah, jadi kau yang memimpin pasukan itu?
Oh, kau memerintahkan untuk mengambil barang dari orang-orang kaya di Rusalka?
Ya terserahlah, toh aku tidak terlibat dengan kejadian itu.
Aku lanjutkan ceritanya.
Pasukan perampok itu...
Seperti yang kukatakan sebelumnya, mereka tidak hanya mencuri, tapi juga melukai bahkan membunuh orang-orang yang melawan.
Tak terkecuali Vissarion dan istrinya.
Mereka berdua terbunuh, meninggalkan putranya yang masih muda.
Saat itu Boris bahkan belum mahir memegang senjata.
Ia melawan sebisanya, namun ditinggalkan oleh para perampok itu karena dia dianggap terlalu menyedihkan.
Setelah itu, Rusalka pun dibakar, meninggalkan puing-puing dan arang hitam sisa-sisa dari kota dan orang-orangnya.
Aku tidak tahu persis apa yang dilakukan Boris setelah itu. Tapi, kudengar ia mengumpulkan orang-orang yang masih selamat dan mengobarkan api dendam.
Mungkin dengan semangat balas dendam itulah ia bisa bertahan mencarimu bertahun-tahun ke seluruh penjuru Regia. Tapi aku heran juga, sebegitu besar dendam mereka sampai-sampai para pengikutnya juga masih setia sampai sekarang.
Dan akhirnya saat menemukan kalian...
Aku rasa dia sangat puas saat hendak membunuhmu.
Tapi... Yah...
Entahlah, aku tidak pernah mendengar apapun darinya lagi sejak itu.
Para bangsawan juga tidak pernah membahasnya lagi.
Paling hanya saling berceletuk kalau Boris dan pasukannya mampir di daerah mereka.
...
“Jadi begitulah cerita yang kutahu.”
Mendengar cerita tersebut, aku membelalakkan mata.
Kulihat ayah tertunduk lesu.
“Ini salahku...” Kata ayah.
Salah... ayah...?
“Harusnya, aku bisa lebih keras lagi saat mencegah mereka. Harusnya aku juga tidak membiarkan mereka membunuh orang-orang...”