Lima bulan berlalu, aku sibuk mempersiapkan materi – materi dan latihan soal untuk persiapan ujian. Rasanya waktu berlalu begitu cepat.
“Tri, pulang sekolah kerumah ya?” ajak Adi
“Insya Allah Di”. Jawabku
“pokoknya tak tunggu dirumah, aku mau belajar integral sama kamu. Jam 4 sore”. Kata Adi
“Ya” jawabku singkat
Pukul setengah 4 sore aku bergegas menuju rumah Adi. Sesampainya di rumah Adi, aku dipersilahkan masuk oleh Bapaknya. Adi sedang keluar membeli sesuatu yang disuruh oleh bapaknya. Sambil menunggu Adi, aku mengeluarkan buku Matematika dari dalam tasku. Aku buka lembar itu satu persatu. Tiba-tiba HP ku berbunyi.
“Assalamualaikum “. Jawabku
“Waalaikum salam” jawab dia
“ini siapa ya?” tanyaku.
Aku tahu sebenarnya itu adalah Tisa. Aku memang gak meng-save nomor dia, tapi dengan suaranya yang lirih dan lembut, aku tahu kalau itu adalah dia.
“Akhi..apa kita masih bisa bertemu? Apa setelah lulus nanti dan melanjutkan kuliah, apakah akhi akan lupa dengan aku?” Tanya Tisa
Aku terdiam sejenak. Aku bingung mau jawab apa.
“Insya Allah gak. Fokuslah belajar dulu. Jika suatu saat nanti kita bertemu, pasti akan bertemu” jawabku
Aku segera menutup telvon dari Tisa. Walaupun banyak yang ingin aku obrolkan dengan dia, tapi aku gak ingin dengan obrolan itu, perasaan dia semakin sayang kepadaku sehingga mengganggu kosentrasi belajarnya.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan siswa kelas XII tahun pelajaran 2012/2013. Aku bergegas menuju sekolah dan Alhamdulillah aku mendapat nilai yang memuaskan. Teman-teman bersuka ria melihat nilai ujian mereka. aku tidak bisa mengambil ijazah dan raport, karena aku belum melunasi biaya sekolah aku. Namun demikian, aku tidak berkecil dan bersedih hati hanya dengan hal kecil tersebut. Aku bersyukur bisa melewati penderitaan dan perjuangan dengan keluargaku yang lebih hebat.
Ku ambil kursi dan kulihat toko di seberang jalan.
“kemanakah aku akan pergi?
Dapatkah aku kuliah?
Biaya dari manakah aku kuliah?” tanyaku kembali dari dalam hati.
Tiba – tiba Adi memanggilku
“Tri…!!! “ teriak Adi
“Ya di, ada apa?” tanyaku
“Dipanggil bu Ros tuh dikantor!” Kata Adi
“Ya” jawabku
Aku jalan perlahan menuju kantor. Waduh, kalau suruh bayar uang sekolah uang dari mana, pikirku dalam hati. Sesampainya di ruang kantor
“Asslamualaikum” tanyaku
“Waalaikum salam. Masuk mas Tri” Kata bu Ros
“Terimakasih bu”. Jawabku
Aku menghampiri tempat duduk yang telah disediakan. Kulihat bu Ros mengambil secarik surat.
“ini ada surat dari tes universitas dua bulan yang lalu” kata bu Ros
“Terimakasih bu” kataku
Aku keluar ruangan sambil mencium tangan bu ros dan mengucapkan salam.
Aku berjalan menuju ruang kelas, kulihat isi surat tersebut. Ternyata aku diterima di salah satu universitas di Bandarlampung di tehnik mesin. Pihak universitas pun memberikan fasilitas berupa uang pendaftaran dan biaya kuliah gratis kepadaku. Secercah harapan muncul dalam raut wajahku. Kulihat teman-teman sibuk mempersiapkan konvoi, maklumlah aku kurang senang kalau acara seperti itu. Jadi aku putuskan untuk pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, aku segera berganti pakaian. Selepas makan dan sholat, aku menyusul orang tuaku ke sawah.
“Pak..Bu..aku lulus” kataku
“Alhamdulillah” kata ibuku
Ibuku mengucapkan Alhamdulillah sambil seperti ada sesuatu yang difikirkan. Aku paham raut wajah ibuku, pasti ibu memikirkan uang kuliah.
“Tenang aja mak, aku dapat beasiswa” jawabku
“Terus gimana le…dua sapi yang kamu pelihara udah ibu jual untuk biaya kuliah kakak mu”. Jawab ibu
“biaya kuliah dan pendaftaran gratis bu” kataku kepada ibu
“terus untuk kost gimana?” Tanya ibu
“Insya allah bisa bu, nanti aku tak kuliah sambil kerja” jawabku
Satu minggu dari kejadian tersebut, ibu menanyakan tentang beasiswa tersebut kepada saudaraku yang bertempat tinggal di Bandarlampung. Saudara dan kakak aku tidak mendukung aku mendaftar di universitas tersebut.
Singkat cerita, satu bulan berikutnya SBMPTN dibuka. Seperti biasa, aku membantu orang tuaku disawah. Dari kejauhan ada yang memanggilku
“Tri…Tri …” teriak suara itu
Setelah dekat ternyata itu adalah Adi, Hafid, dan Irvan.
“Tri, kamu udah daftar SBMPTN?” Tanya Hafid
“Belum Fid, aku gak punya uang mau daftar”. Kataku
“Daftar aja dulu Tri, daripada nanti nyesel”. Irvan menimpali
“Mau daftar pakek apa?” tanyaku
“Minta ibumu lah tri”. Kata Adi
“Gak berani aku di. Untuk makan aja pas-pasan. Kamu tau kan?” tanyaku balik
“Yaudah aku daftarin” jawab Adi
Setelah itu kami bergegas pulang, karena waktu pendaftaran paling akhir esok hari. Setelah mendaftar, kami menuju bank mandiri untuk transfer uang pendaftaran sebesar dua ratus ribu rupiah.
Setengah bulan dari pendaftaran tersebut, pelaksanaan SBMPTN pun dilaksanakan. Kami pergi ke Bandarlampung secara bersama-sama. Kami memang empat sahabat karib dari kelas satu SMA. Pengumuman SBMPTN pun diumumkan, dan Alhamdulillah aku diterima di universitas tersebut.
Malam harinya . . .
“Bu..pak..aku diterima di universitas” kataku
“mau kuliah dari mana…ya kalau mau kuliah cari uang sendiri” kata ibu