Kutukan Cinta Pertama

Ai Bi
Chapter #6

BEKICOT SIALAN

Mobil dengan stiker Pitih Indak di Bao Mati, Tapi Kalau Indak Bapitih Raso Kamati" uang memang tidak dibawa mati, tapi kalau tidak punya uang rasa mau mati, melesat meninggalkan bandar udara Internasional Minangkabau menuju arah Bukittinggi. Yudi membuka kaca mobil mengeluarkan tangan kirinya, ia menutup mata, menarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Ia merasakan hawa pedesaan mulai menggelitik hatinya.

Yudi dan Iqbal mereka adalah sahabat semasa menjadi mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Jakarta. Iqbal pernah numpang tinggal di rumah Yudi selama 4 tahun. Bagaimana mereka bisa kenal?

Hari itu di depan kosnya, Iqbal melihat seorang perempuan menangis tersedu-sedu seraya memegang pipinya. Gadis berambut panjang terurai memakai baju kaos dan rok gunting payung setumit menyeka air mata di pipinya yang memerah seperti habis kena tampar. Iqbal mendekati gadis itu bertanya ini dan itu seperti seorang polisi mengintrogasi tersangka pembunuhan. Kenapa, ada apa, bagaimana, siapa, kapan, kok bisa, sampai-sampai gadis itu tersipu malu. Pertanyaan panjang lebar dan sok perhatian membuat mereka dekat dan akhirnya berteman.

Hingga suatu hari Iqbal mengajak gadis itu jalan-jalan di taman. Mereka tertawa bahagia membicarakan hal yang menyenangkan. Tapi suasana romantis itu hanya berjahan sebentar sebelum mereka dihadang oleh seorang laki-laki bertubuh kecil berpakaian serba hitam. Laki-laki itu menarik paksa sang gadis.

"Jadi diakah orangnya yang berani menampar wanita lemah sepertimu?" Iqbal geram, ia meremehkan laki-laki yang hanya setinggi ketiaknya. Iqbal membelalakkan mata dan merapatkan giginya.

"Bukan Bang, bukan dia yang memukul saya. Tapi orang itu" gadis itu menunjuk pada sekelompok preman berpakaian serba hitam duduk-duduk di atas motor gede. Telunjuk gadis itu mengarah pada seorang laki-laki bercelana hitam ketat, berbaju tanpa lengan hingga menampakkan oto-otot besar dan mengembung seperti habis digigit ribuan tawon. Bengkak dimana-mana. Serta tato aneh berkepala singa berbadan naga memenuhi seluruh tubuhnya. Tampaknya ia adalah kepala rombongan para gengster itu. Hanya mengayunkan tangan kirinya serempak orang-orang berwajah bengis disekitarnya berlari ke arah Iqbal.

Iqbal menelan ludah berkali-kali memikirkan berapa lama lagi ia bisa bertahan hidup. Tanpa pikir panjang Iqbal kabur menyelamatkan diri. Preman itu mengejarnya, bahkan ada yang menguber dengan motor. Iqbal panik, otaknya buntu melihat kiri dan kanan membentang danau buatan, satu-satunya jalan hanya berlari lurus ke depan.

Preman itu semakin dekat siap-siap mengayunkan sebilah kayu berbentuk lonjong dengan panjang 80 cm dan memiliki keliling lingkaran 29 cm. Makin ke pangkal makin kecil. Biasanya kayu itu dipakai untuk main bola bisbol. Beruntung di depannya ada seorang anak muda mengendarai sepeda motor Vixion warna biru sangat pelan. Iqbal langsung melompat dan menepuk-nepuk bahu si pengemudi.

"Bang tolong Bang, saya dikejar-kejar malaikat maut. Tolong selamatkan nyawa saya!" Pengemudi itu kaget dan menoleh ke belakang, ia terbelalak sekelompok preman berkelas dengan motor mahal mengejar orang tak dikenal yang tiba-tiba nyosor duduk di jok motornya. Tanpa pikir panjang pemuda itu tancap gas melesat menelusuri jalan di tanam dan pada akhirnya menghilang dalam keramaian kota.

Itulah awal pertemuan Iqbal dengan Yudi. Tidak disengaja dan penuh ancaman. Hari itu Yudi telah menyelamatkan nyawa Iqbal yang berani mendekati kekasih ketua gengster. Yudi mengajak Iqbal ke rumahnya. Setelah berbincang-bincang baru diketahui bahwa mereka satu kampus bahkan satu jurusan tapi beda kelas.

Setelah hari itu Iqbal meminta untuk bisa tinggal di rumah Yudi selama satu bulan sampai ia menemukan kos baru yang jauh lebih aman. Setelah satu bulan ia minta untuk tinggal satu bulan lagi sampai ia dapat kerja sampingan buat bayar kos. Satu bulan kemudian ia telah menemukan kos baru begitu pun pekerjaan baru. Tapi saat itu uang kuliah mesti dibayar jadi ia minta tenggang waktu satu bulan lagi sampai Amaknya mengirim uang. Satu bulan lagi telah berlalu dan alasan sudah habis, ia terpaksa mengemas barang-barangnya bersiap menuju kos baru. Tapi kali ini Yudi malah minta tenggang waktu agar mau menemaninya selama 4 tahun ke depan. Alhamdulillah alasan bagus agar uang tidak terbuang sia-sia.

Hubungan mereka sudah seperti saudara. Tidak ada rahasia diantara mereka. Segala hal yang dirasa akan membuat persahabatan mereka retak maka cepat-cepat diperbaiki jangan sampai persahabatan berubah jadi permusuhan. Mereka pernah makan satu piring bersama, mengerjakan tugas bersama, terlambat bersama, kena hukum bersama, bahkan mereka pernah mencintai gadis yang sama. Walaupun pada akhirnya mereka lebih memilih persahabatan dan meninggalkan sang gadis.

Lihat selengkapnya