Yudi menganga melihat rumah dua lantai tampak seperti kapal Titanic tiba-tiba menabrak bongkahan es di kutub utara, pecah berkeping-keping dan isi kapal beterbangan kemana-mana.
"Kita seperti sedang piknik ke tempat pembuangan sampah" Yudi jijik mengangkat celana boxer bermotif garis-garis hitam putih teronggok di atas meja tamu. Ia menyentuh kain kotor itu dengan ujung jarinya.
"Namanya juga anak bujangan tinggal sendiri, buat apa rapi dan bersih, toh yang melihat kan kita-kita juga" Iqbal menyambar boxer itu dari tangan Yudi kemudian melemparnya ke belakang, boxer itu melayang dan hinggap di atas kipas angin yang berputar pelan di atas kepala mereka.
Walaupun Iqbal pemuda pintar dengan intelegensi tinggi kalau keluar rumah selalu berpenampilan apik bak seorang direktur yang gagah dan berkarisma tapi sebenarnya ia rada jorok dan jarang berkemas. Rumah baru ditinggal tiga hari oleh Amak dan Ayah dalam keadaan kinclong dan tertata rapi kini tak ubahnya seperti kandang babi yang diporak-porandakan pemburu.
"Kamu boleh menggunakan kamar itu!" Iqbal menunjuk ke pintu nomor dua dari depan dengan handuk merah dan celana hitam tertumpuk di atas pintu. Yudi mengikuti perintah Iqbal ia menarik dua koper besar menuju kamar itu. Saat membuka pintu begitu gelap tidak ada celah untuk cahaya masuk. Yudi melangkah meraba dinding dan klik lampu pun menyala. Yudi terperangah kamar itu tidak ada bedanya dengan ruangan-ruangan lain.
Seprai 3 lapis menutupi sebagian badan kasur. Buku-buku berserakan di lantai, di atas lemari, dan rak yang seharusnya digunakan untuk menaruh pot-pot bunga kecil. Berbagai jenis pakaian, entah itu kain bersih atau kotor bercambur aduk menjadi satu.
"Ah, aku heran dengan makhluk hidup yang mampu bertahan di ruangan ini. Berantakan, kotor, pengap, plus bau bangke kepiting. Kenapa selesai makan tidak membuang sisa makanan?" Yudi berteriak kesal dari dalam kamar. Ia geleng-geleng kepala tidak habis pikir sahabat bak Rancak di Labuah, bagus diluar benar-benar berbanding terbalik dengan penampilannya ketika bergaya ke luar rumah.
Tiga hari yang lalu Iqbal mengacak-acak komputer memainkan berbagai macam permainan yang ada di dalamnya sambil makan mie rebus dan gorengan. Setelah penat dengan kegiatannya ia pergi begitu saja membiarkan komputer tetap menyala dan meninggalkan sisa makanan sampai membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap.
"Apakah sekarang kamu sedang mengembangbiakkan belatung?" Iqbal tidak menjawab ia enggan merespon. Maklumlah kalau Yudi sudah mengomel lebih cerewet dari emak-emak. Ia tak segan mengomentari bahkan mengejek apa yang dirasanya tidak tepat. Orang berlari dia yang letih. Begitulah kira-kira salah satu sifat Yudi.
"Sebaiknya kalau kamu ingin kamar itu terlihat seperti kamar perempuan, kan tinggal dibersihkan. Tidak usah banyak komentar dan merisaukan kegiatanku. Mau aku pelihara belatung atau ular sekali pun itu privasiku tidak usah kamu ikut campur. Cepatlah! Apa kamu tidak lapar? Lekas ganti baju dan kita masak mie di dapur" Iqbal membalas dari kamar sebelah. Kamar yang tidak kalah berenda dengan kamar yang ditempati Yudi.
Yudi mengalah ia merapikan kamar dengan berat hati. Sedang Iqbal telah dulu berada di dapur mencorehkan air kran ke dalam panci kemudian menaruhnya di atas kompor. Yudi datang dengan dua kantong kresek warna hitam berisi berbagai macam sampah plastik dan makanan basi. Iqbal menoleh langsung menutup hidung.
"Hmm... Kenapa setelah kamu bersihkan malah mengeluarkan bau busuk padahal kemarin aku tidak mencium bau apa pun" Iqbal baru menyadari ternyata makanan basi yang ia tinggalkan benar-benar memiliki bau begitu menyengat. Yudi hanya bisa manyun membuang sampah ke samping dapur. "Aku menyuruhmu mengganti ke pakaian yang lebih santai. Apa kamu tidak lemas memakai baju seperti ini? Terus di dalam rumah ini tidak ada matahari buat apa pakai topi, sana ganti lagi!" Iqbal merepet bicara seperti seorang Rapper. Ia susah hati melihat penampilan Yudi memakai pakaian serba panjang dan sebuah topi di kepalanya padahal sedang berada di dalam rumah.
"Ganti dengan apa?"
"Ganti dengan pakaian pendek, aku tidak akan menertawakan kulit perempuanmu. Percayalah" Iqbal membujuk Yudi, sebab ia tahu betul hal yang ditakutkan oleh sahabatnya itu jika ia mengenakan pakaian pendek. Akan nampak kakinya yang jenjang, putih, dan mulus tanpa bulu. Ia malu bila harus memperlihatkan itu. Dimana laki-laki di dunia ini yang tidak memiliki rambut pada kaki. Jika dipakaikan rok mini orang-orang akan salah duga itu kaki wanita.
Ketika kuliah mereka pernah pergi berenang ke Waterboom Jakarta. Saat Yudi hendak membersihkan diri serta ganti pakaian dalam kamar mandi yang kebetulan transparan setinggi 50 cm hingga menampakkan kakinya. Laki-laki yang ada dalam kamar yang sama mengira ada seorang wanita salah masuk kamar dan mereka berkerubung di depan pintu. Iqbal datang dari luar tidak paham dengan kondisi itu. Ia heran apa yang membuat para pria itu melirik dan berkerubung di depan satu pintu. Iqbal tidak ngeh dan lansung menerobos masuk ke kamar mandi yang dipakai Yudi. Seketika para pria itu terbelalak dan lansung heboh. Bahkan salah satu dari mereka berlari mencari Security melaporkan bahwa ada sepasang kekasih berbuat mesum dalam kamar mandi.
Dengan wajah bengis tiga orang petugas keamanan menggedor-gedor pintu dan berteriak memaksa mereka untuk segera keluar.
"Ada apa pak?"
"Sedang apa kalian di dalam sana?"