'Ding-dong'
Lonceng terdengar di antara kalut dan tawa tepat di telinga Ayu yang masih berputar-putar mengelilingi ruang yang membuatnya nyaman. Kalut sebenarnya sudah muncul di ruang kecil hatinya, namun tertepiskan oleh mata fana yang memandang semua di hadapannya begitu indah. Tidak terlihat cemas namun dalam dirinya ada was-was. Ada hal dimana dia terlihat begitu ceria, wajah berseri, dengan bibir yang disunggingkan. Bagaimana lagi, di hadapannya saat ini ada kedua orang tuanya dan abangnya. Tampak sedang bersenda gurau keluarga kecil itu, tertawa renyah tatkala guyonan dilontarkan Ganesha.
Ayu mengelilingi mereka, berputar-putar sambil melangkah lebar. Tangannya ia rentangkan ke samping seperti ia akan terbang. Sangat mendebarkan, Ayu merasa senang jika kini keluarganya utuh. Tidak salah jika ia mengambil jalan untuk membuka pintu dan menemukan tempat ini. Tempat yang sangat membuatnya bisa tertawa lebar dan mengeluarkan air mata bahagia.
"Ayu, kemari kita mau nonton serial keluarga bersama!" kata 'ibunya'.
Sedikit berpikir Ayu, setelah mendengar sapaan ibunya yang sedikit mengganjal itu.Ia terdiam sebentar menghentikan langkahnya, lalu mencoba berkata pada dirinya sendiri jika semua itu tidak apa-apa, jika semua itu tak perlu dipermasalahkan. Kembali ia menghampiri 'keluarganya' duduk di antara ibu dan bapaknya, merangkul mereka dengan kedua tangannya. Ia begitu menyayangi keluarganya saat ini.
Meski ada ragu, selalu ia tepis, sebab tak mungkin lagi ia salah mengambil keputusan. Ini adalah keputusan yang tepat baginya. Kehangatan samar ini membuatnya semakin tak mau beralih dari ruangan ini. Terlupa ia tentang tujuan awalnya untuk terus berjalan melewati setiap ruangan. Sejak kepedihan tentang sebuah penyesalan di ruang sebelumnya, ini adalah kelegaan baginya.
"Bu, aku tak mau kehilangan semua ini lagi. Aku harap kalian selalu di sampingku," ucap Ayu dengan mata menyipit, bibirnya ditarik tipis membentuk setengah lingkaran.
"Jangan khawatir, Ayu. Ibu, bapak dan Agas akan selalu di sampingmu selalu," senyum tipis, ujung bibir kanannya ke bawah seakan mengejek dengan halus.
Tangan Ayu bergetar hebat, ia merasakan bahwa mereka bukan keluarga aslinya. Berdiri Ayu, lalu berusaha menjauh dari lingkup mereka. Saat kaki ia langkahkan untuk memulai pergerakan keluar, tangan kecilnya ditahan oleh bapaknya. Memaksa Ayu untuk duduk kembali di antara mereka. Ayu meronta-ronta, berteriak bahwa ia tak mau ada di antara makhluk ini. Ia sadar berada di tempat yang salah. Sialnya, ia terlalu terbuai dalam ilusi gila. Benar, makhluk di sini mengetahui kelemahannya. Ia tak bisa bergerak sekilan pun. Sudah lelah ia berada dalam keputusasaan yang tak berkesudahan. Sekuat tenaga ia keluar dari keluarga ilusinya ini. Ia menginginkan keluarga asli, bukan dengan makhluk ini yang tak bisa rasakan hangatnya kerinduan kebersamaan secara nyata.
"Argh! Menyingkirlah dariku! Kalian makhluk yang menyebalkan! Bisa-bisanya aku tertipu muslihat kalian ini, hah!" ujar Ayu sedikit berteriak. Tenaganya sudah kembali pulih setelah kejadian sebelumnya. Sedikit tipuan dari mereka membuat Ayu bisa mengembalikan rasionalnya, sedikit.
Ayu bergerak melangkah meninggalkan mereka mencari pintu di mana ia harus keluar dari tempat ini. Masih saja ia memutari setiap sisinya belum ditemukan mana yang harus ia dobrak, dia sudah diseret lagi untuk berada di antara mereka kembali. Ia meronta kembali, kali ini ia tak hanya berniat keluar. Dia ingin menghabisi mereka semua. Tangannya sudah siap untuk memulai pertarungan dengan tiga makhluk yang tak jelas ini. Semua ia lakukan untuk keluar dari tempat ini. Harus! Ia sudah tak tahan!
"Bisakah kalian minggir! Pecundang!" teriak Ayu sekali lagi, tangannya menampar makhluk yang menyerupai ibunya. Ia sudah tak tahan lagi, bahkan ada air mata palsu yang menggenang di kelopak matanya. Tak sudi Ayu, jika makhluk jahanam ini mirip dengan ibunya. Bahkan air mata yang diteteskan sudah tak berpengaruh untuk mengelabui Ayu dan memberi empati.
'Debug' kali ini Ayu meninju makhluk yang menyerupai abangnya. Ia sudah sangat kesal ketika nama abangnya berubah menjadi Agash. Orang tua Ayu susah mencari nama bagus untuk abangnya diubah begitu saja oleh makhluk yang membuatnya kesal. Ah, kurang ajar!