Tampaknya serangan yang diberikan oleh makhluk hitam di ruangan itulah yang membuat pikiran Ayu kalut. Bahkan saat ini yang terjadi pada Ayu hanyalah kecemasan yang menghampiri, bahunya bergetar, ia kembali menangis dalam diam. Tiap tepukan Ganesha satu air mata jatuh. Mulutnya digigit keras, matanya terpejam dengan erat, memperlihatkan deretan kerutan di pangkalnya.
Ganesha dengan ringisan kecil, sebab bahunya remuk tetap berusaha menguatkan adik semata wayangnya. Ia tak akan pernah melupakan kejadian ini, yang membuat dirinya hampir sekarat ditambah keluarganya pun menderita. Amat fatal baginya membawa guci pembuat malapetaka. Semua yang ada di pikirannya hanyalah satu, selesaikan apa yang sudah diperbuat.
Tak selang beberapa lama mulailah terdengar suara bergemuruh yang berasal dari arah depan, sedikit demi sedikit penglihatan Ganesha mulai bisa melihat apa yang ada di depan dirinya dan Ayu. Seperti sosok manusia, namun yang terlihat hanyalah matanya yang lebar nan hitam. Terlihat pula gerakannya sangat cepat, hingga membuat semakin terlihat jelas rupanya. Tubuhnya hitam, tanpa kaki, mempunyai tangan, hanya saja tidak utuh untuk bagian bawahnya hilang entah kemana, terlihat jelas adalah bagian dalam tubuh; usu, hati, pancreas, jantung, semua organ dalam yang tampak berdenyut. Terbang secara cepat mendatangi mereka, satu, dua ti- ... hap! Makhluk itu sudah berada tepat di depan mata Ganesha. Memutarkan kepalanya tiga ratus enam puluh derajat. Lalu, menjulurkan lidahnya yang memiliki panjang satu meter mengenai kaki Ganesha.
Napas Ganesha tercekat, bola matanya bulat sempurna. Tangannya tak lagi bergerak untuk menepuk bahu Ayu, malahan ia semakin mempererat pelukannya pada adiknya. Ia tak bisa berbicara apa-apa. Secepatnya ia menutup matanya dan berbisik kepada adiknya.
"Yu, nggak usah liat belakang. Percaya sama Abang, semua bakal baik-baik saja." Ayu mengangguk mendengarkan penuturan abangnya. Meski sebenarnya ia tak lagi bisa fokus dengan apa yang dikatakan abannya. Ia sudah terlalu frustasi menghadapi kejadian yang terus menerus menghantuinya.
Ganesha sejenak diam, memikirkan apa yang harus dilakukan saat ini. Tetapi, ada yang membuat titik fokusnya hilang. Ada yang memegang bahunya, benda dingin sepert tangan yang pelan-pelan bergerak menuju lehernya.
'Grap!' tangan itu mencekik leher Ganesha. Tak mau membuat khawatir Ganesha menutup mulutnya untuk menahan rasa sakit di lehernya. Punggung sudah merasakan keringat dingin yang mulai menetes. Rasanya badannya mulai bergetar, hawa dingin mulai merayap. Ia memeluk adiknya dengan menggunakan tangan kirinya. Sebab tangan kanannya masih dibuat untuk membungkam mulutnya.
Akal Ayu mulai berjalan normal kembali, setelah ia menenangkan dirinya di bawah pelukan abangnya ia mulai sadar dengan situasi yang menimpa keduanya. Ayu memang sempat kalut, semat frustasi dan menganggap kejadian ini tak akan selesai begitu saja. Hanya saja dorongan psikologis dari Ganesha membuat Ayu sedikit demi sedikit tersadar atas kepanikannya sendiri. Mungkin saja jika Ganesha tak segera memeluk Ayu, kewarasan Ayu sudah tidak bisa dipulihkan. Orang-orang yang mengalami tekanan batin memang sebaiknya harus didekati dan diberikan semangat dari segi fisik dan jiwanya. Bukan malah dihindari atau dimusuhi
"Bb-bang, di be-lakangmu aa-dda-
"Shut! Abang tahu, kok." Ganesha menutup mulut Ayu untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Ayu hanya mengangguk patuh dengan apa yang dimaksud oleh mata Ganesha. Ia tak lagi berbicara, hanya menunduk memegang jari tangannya. Ia menunduk dalam-dalam. Bahkan menaruh kepalanya di dada bidang abangnya. Ada rasa aman ketika ia berada di dekat abangnya. Kedekatan mereka sebagai keluarga membuat mereka saling menguatkan.
Tidak berhenti tekanan yang membuat bulu kuduk mereka berdiri, kedua makhluk yang berada di depan dan belakang Ganesha dan Ayu menatap mereka dengan seringainya. Bukan menambah manis wajah makhluk jahanam itu malah membuat mereka ketar-ketir melihatnya. Wajahnya buruk rupa, sama sekali tidak mencerminkan seorang perempuan cantik. Rambut menjuntai, lebat, dan hitam tak berpengaruh pada perasaan keduanya untuk lega. Mereka bukan iklan sampo, mereka dedemit yang dengan senang hati mengganggu keduanya.