Kutukan yang Kupanggil Cinta

virdytan
Chapter #1

Prolog

Kata orang, saat ada yang meninggal langit akan menghujani bumi

Ikut bersedih atasnya

Namun pagi itu langit begitu cerah

Matahari tanpa malu menatap Sekar

Yang berharap ia bersembunyi di balik kelabu awan

Yang tak kunjung datang 

***

Sekar diam tak berkutik, mengabaikan sengatan matahari yang menerobos tajam kedalam kulitnya. Keringat yang menguap tak ia hiraukan—raganya seolah menolak semua rangsang dari luar. Hanya tertuju pada papan persegi panjang yang di kedua belah ujungnya cenderung runcing, salah satunya menyerupai atap rumah. 

Sedangkan sisi lainnya menukik tajam. Terukir indah–seolah menyindir–nama Panji Erlangga lengkap dengan tanggal lahir dan wafat.

Selaput bening mata Sekar berganti adegan, memantulkan kotak besi hitam logam mulia mewah berlapis emas, yang tengah diturunkan enam lelaki lintas usia. Suara tanah jatuh satu genggam demi satu genggam. Seperti gemericik hujan yang salah tempat. 

Sekar tidak menangis.

Tidak juga menjerit.

Bahkan ketika papan yang menarik perhatiannya, tegak memaku bumi.

Dia hanya berdiri, kaku, sementara orang-orang berkerumun di belakangnya dengan gelisah.

Lihat selengkapnya