"Vian," Panggil Eca. "Lo udah pesen belum ?"
"Belum," Kemudian Melvian menyerahkan dompetnya pada Kyara. "Pesenin dong, Ra. Kek biasa."
Hal itu memang sering dilakukan Melvian, setidaknya dulu, sebelum Kyara mengungkapkan perasaannya pada lelaki itu. Tetapi setelah 1 tahun tak berhubungan sama sekali, dan lelaki itu masih melakukan hal ini padanya. Sungguh, Kyara ingin merapalkan sumpah serapah untuk lelaki di sampingnya itu.
Sepersekian detik Kyara berusaha mengontrol wajahnya. Meskipun hatinya seperti ada pesta kembang api, tapi wajahnya kini menunjukkan sebaliknya.
"Gue sekalian nambah camilan ya." Ijin Kyara.
"Terserah."
"Ayo temenin gue, Ca." Kyara menarik paksa Eca untuk berdiri.
Setelah selesai menguras dompet Melvian, yang sejujurnya tak akan habis juga uang lelaki itu. Kyara dan Eca kembali duduk di tempat semulanya.
"Lo kemana aja sih, Melv ? Lama banget lo ?" Wira melontarkan pertanyaan pertama yang di dengar Kyara setelah ia kembali dari meja kasir.
"Ada lah, nemenin cewe gue" Jawab Melvian santai.
"Oh, lo ada cewe lagi sekarang, udah ke berapa tahun ini ?" Tanya Jevan.
"Buat apa sih main-main cewe gitu, gue ga gitu orangnya" Melvian melipat kedua lengannya berlaga bijak.
"Dih, sok banget lo. Lo ga inget jumlah mantan lo ga muat diitung jari" Eca menunjukkan kesarkasan dalam nada bicaranya.