L A R A S

Dwi Wahyu Kurniawati
Chapter #2

Kesan Pertama#2

“Hidup bagaikan pesawat kertas terbang dan pergi membawa impian,” makna dari bagian tersebut adalah setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mencapai cita-citanya.----- JKT 48

 

Laras memacu motornya dengan kencang menuju kantornya, pagi ini lumayan ramai, selain karena mengejar absensi dia harus mampir kantin juga untuk membeli sarapan pagi, dia tipe orang yang tidak bisa berfikir jika tidak sarapan pagi dengan nasi.

 

Laras memarkirkan motornya di parkiran sepeda motor dan gegas menuju mesin absensi yang terpasang di lobi.

 

Laras bekerja di perusahaan persewaan kendaraan berskala nasional, diumurnya yang baru 26 tahun, dia sudah menduduki posisi jabatan Asisten Manager Marketing.

Pencapaian yang sangat gemilang, dibalik masa lalu Laras yang kurang menyenangkan, selama ini dia menyandang status sebagai anak yang bernasab ibunya banyak hal tak menyenangkan sudah ia lewati, bahkan sejak dia diajak mengajukan pendaftaran masuk sekolah dasar, hal pertama yang dilihat pasti akta kelahiran, di akta kelahirannya yang berbeda dengan kebanyakan anak lainnya itu membuat dia sering di jauhi oleh anak – anak seusianya di lingkungan tempat tinggalnya.

 

Ibunya harus bergonta – ganti pekerjaan karena harus menjadi orang yang nomaden, ibunya merasa tidak tega jika anaknya harus dikucilkan oleh lingkungannya, hingga akhirnya ibunya berinisiatif hijrah ke Kota Pahlawan yang jauh dari sanak saudara dan tempat tinggalnya yang lama demi kenyamanan putri semata wayangnya.

 

Awalnya ibunya kost berdua dengan Laras, sambil menunggu rumahnya di Surakarta laku.

Ibunya Laras memang sengaja menjadikan Kota Surabaya sebagai pilihan karena dia merasa selain Kota besar yang memudahkan dia mencari pekerjaan, anaknya bisa dia sekolahkan di sekolah swasta yang pastinya di sekolah tersebut orang tuanya tidak serese orang tua – orang tua di sekolah anaknya yang lama.

 

Terbukti, dengan prestasi Laras, Laras lebih nyaman bersekolah di Surabaya.

Saat ini tidak ada lagi yang di kawatirkan oleh Laras,

Ibunya yang selalu mengatakan jika suaminya sudah meninggal sejak Laras masih dalam kandungan dan Laraspun tidak pernah mempermasalahkan masa lalu ibunya, saat ini dia sudah merasa dapat membuktikan kepada dunia bahwa anak gadis bernasab ibunya itu baik – baik saja dan hidup selayaknya anak – anak lainnya.

 

Baru saja satu sendok makanan masuk kedalam mulutnya, ponsel Laras sudah meronta – ronta untuk diangkat.

Lihat selengkapnya