Kedatangan Faris kepertemuan itu adalah untuk mengurus kerja sama dengan perusahaan sewa kendaraan tersebut dan akan mengggunakan jasa mereka sebagai alat transportasi antar jemput anak sekolah khususnya anak – anak MI di Sidoarjo dan Surabaya, yang ada pikirannya malah melantur kemana – mana dan memikirkan yang bukan menjadi kewajibannya.
Lelaki muda itu merasa bingung apa yang akan ia sampaikan pada atasannya nanti tentang hasil pertemuan hari ini.
Untungnya ia tidak pergi sendiri, tetapi mengajak Hasan dan Bimo sebagai Staf Pendukung Pejabat Pembuat Komitmen, dua pemuda tangguh yang sudah menjadi kepercayaannya sejak ia menjadi Pejabat Pembuat Komitmen.
Pejabat Pembuat Komitmen merupakan seorang yang memiliki keahlian dan memiliki sertifikat dibidang tersebut untuk melakukan pengadaan barang/jasa pemerintah, dalam hal ini termasuk melakukan penanda tanganan perjanjian berkontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Sebenarnya Faris tidak terlalu tertarik menjadi seorang Pejabat Pembuat Komitmen, dia yang selama ini berada di Bagian Pendidikan Islam lebih senang apabila dia murni melaksanakan tugas dan fungsinya di bagian Pendidikan Islam saja tidak perlu mendapat tambahan menjadi seorang Pejabat Pembuat Komitmen.
Faris merasa dengan dia menjadi seorang Pejabat Pembuat Komitmen akan lebih banyak dekat dengan mudhorot jika dia tidak berhati – hati dalam melaksanakan pengadaan barang / jasa, selama ini dia sudah sering melihat berita yang berseliwean di televisi seorang Kepala Dinas atau pejabat lainnya yang terbukti ditangkap KPK karena terkait dengan Pengadaan.
Faris memang baru pertama kali ini menjadi Pejabat Pembuat Komitmen, Pengadaan Sewa Kendaraan ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa – siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Sidoarjo dan Surabaya, diharapkan dengan adanya program ini orang tua yang memiliki kesibukan di luar rumah dan tidak bisa mengantar jemput anaknya merasa nyaman, karenanya dia didampingi Hasan dan Bimo.
Ternyata memang sangat berguna sekali mereka berdua, Hasan dan Bimo telah mencatat secara detail hasil pertemuan. Sementara ia sendiri hanya sibuk dengan pikiran dan hatinya sendiri.
Di saat Faris mau beranjak dari kursinya dilihatnya gadis yang tadi memimpin pertemuan mengulurkan tangan padanya.
“Selamat bergabung Pak...”
“Faris, panggil saya Faris,” jawabnya sambil menangkupkan kedua tangannya di dadanya dan tetap menundukkan pandangannya. Ada raut wajah yang terlihat kecewa karena Faris tidak menyambut uluran tangan halusnya seperti yang lain. Tetapi sejenak kemudian ia segera berlalu. Sikapnya tampak berubah. Gadis itu terlihat begitu acuh dan cuek, perjalanan telah menempanya menjadi sosok yang tangguh, sikap acuh dan bahkan meremehkan telah ia terima dari usia yang sangat dini.
Tanpa disadari Faris menatap punggung Laras.
“Sungguh wanita yang sempurna, cantik dan pintar, sitimewa ya Pak, eh istimewa ya Pak,” ucap Bimo. Mendengar ucapan Bimo, Faris tersadar dan merasa malu.