Hari ini aku berusaha pulang lebih cepat, pagi ini sebuah pesan telah ku kirimkan kepada Libra. Saatnya menepati janjiku perihal akan membawanya ke sebuah restaurant yang bergengsi. Aku sengaja memilih restaurant Jepang karena kami sama-sama menyukai kuliner negeri Sakura. Rasanya tidak berlebihan saat memilih menu teppanyaki dan ramen.
Kami berjanji akan saling bertemu nanti sore setelah aku menyelesaikan pekerjaanku. Dan Libra telah memberondongku tentang pertanyaan-pertanyaan sepele soal pakaian dan make up yang harus ia kenakan pada pertemuan kami nanti.
Aku merasa itu sangat berlebihan. Lagipula kami tidak makan di tempat mewah seperti yang ia kira dalam pikirannya. Kami hanya akan makan banyak menu makanan karena menurutku bergengsi itu maksudnya sesuatu yang orang-orang akan memburunya karena suatu hal.
Dan aku memburu diskon khusus untuk makanan mahal yang banyak dengan harga murah.
Rupanya Libra telah salah paham. Nanti aku akan menjelaskannya, maka aku memintanya untuk mengenakan pakaian biasa dan make up minimalis saja ku kira sudah cukup. Kenapa harus merepotkan diri sendiri untuk sekedar makan sih? Pikirku dalam hati.
Setelah itu pesan Libra terhenti. Ku harap ia sudah bisa memutuskan akan mengenakan apa nanti karena aku juga sebenarnya tidak terlalu peduli terhadap hal-hal sepele semacam itu.
Dalam situasi normal aku adalah karyawan yang akan meninggalkan kantor paling akhir, terkadang ada deadline yang harus ku selesaikan, terkadang ada hal pribadi lain yang ku lakukan, semacam mencari hiburan entah itu mendengarkan musik atau menonton film streaming yang biasanya terlewat karena tidak sempat pergi ke bioskop atau membeli DVD. Aku senang melakukan hal-hal semacam itu selama berjam-jam sampai lupa waktu.
Dan hanya akan pulang jika benar-benar sudah puas berekreasi lewat internet. Ku akui kecepatan internet kantor tidak akan membosankan dan tentunya tidak perlu kelamaan menunggu buffering atau loading yang pada akhirnya membunuh aktifitas berselancar menjadi sesuatu yang menyebalkan.
Terlintas dalam pikiranku kejadian tempo hari saat Libra tersesat. Rasa penasaranku membuncah, sebenarnya sakit macam apa yang melatarbelakangi seseorang sampai bisa menimbulkan hilang ingatan.
Aku tidak melihat Libra perlu sekali berbohong hanya untuk mencari perhatianku. Sifatnya yang periang dengan sendirinya dapat menjadi magnet bagi siapapun. Bahkan bukan hanya aku, mungkin orang lain juga akan dengan sukarela melibatkan diri mereka ketika berada di posisiku saat ini.
Percaya atau tidak aku punya intuisi yang bagus dalam mendeteksi seorang pembohong. Dan rasanya aku sama sekali tidak mencurigai perilaku Libra. Dia ya seperti pada umumnya orang-orang, begitu terlalu biasa dan wajar untuk dikatakan sebagai seorang penjahat.
Pun jika benar dia berbohong alasan terbesarnya hanyalah karena ingin mencari perhatian dariku, itu alasan yang sangat konyol sama sekali. Terlalu tidak masuk akal.
Untuk apa?!
Maka pikiran buruk itu sirna dengan sendirinya. Aku harus fokus untuk menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin demi bertemu Libra.
Tepat pukul 4 sore aku langsung membenahi semua perlengkapan kerjaku dan menempatkan semuanya ke dalam satu tas. Kawan kerja di sampingku yang tidak pernah terbiasa melihatku pulang cepat langsung bertanya.
“Tumben sekali pulang lebih cepat.”
Aku tersenyum kecil berusaha menghiraukan pertanyaan menjengkelkan semacam itu. Kenapa juga dia harus tahu urusanku.
“Iya, duluan ya?” ujarku ringan.
“Mau ketemu pacar ya?”
Dan entah kenapa aku langsung merasa harus mengklarifikasinya.
“Bukan, aku mau ketemu kenalanku.” jawabku diplomatis.
Kemudian cepat-cepat melangkah pergi dari ruang kerjaku. Sepanjang jalan menuju pintu keluar aku mengetik teks pesan untuk Libra dan mengingatkannya bahwa kami akan bertemu di suatu tempat untuk kemudian bersama-sama menuju restaurant yang ku maksud.
Untunglah cuaca hari ini mendukung sekali. Langitnya tampak cerah jadi seharusnya ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Pun karena telah lama tidak bertemu dengan Libra, aku jadi merasa bersemangat sekali.
Diam-diam aku sudah merindukannya tanpa ku sadari.
***
Libra tengah menungguku, ia memainkan telepon genggamnya. Ku rasa dia sedang mengirim pesan untukku, karena tiba-tiba saja aku merasakan telepon genggamku bergetar di kantung jaketku.
Sejurus kemudian ia melihat kedatanganku dan tersenyum manis sekali. Ia juga pasti sudah menantikan hari ini tiba sejak lama.
Gadis itu hanya mengenakan mantel selutut dan legging hitam serta sepatu boots putih. Yang lainnya aku merasa baik-baik saja, tapi tidak dengan legging!
Meski begitu rasanya aku tidak nyaman. Beberapa orang yang berada di sekitar kami sering kali tertangkap olehku sedang memandangi Libra. Sebelumnya tidak ada orang yang iseng seperti itu kepadanya, sampai ia mengenakan celana untuk berolahraga itu.
Menyebalkan! Aku merasa harus memberitahunya nanti. Untuk sementara aku hanya bisa bersabar dengan kelakuan orang-orang di sekitarku.