“Nyusahin lo, Nek Lampir.”
Hana tertawa mengurai, “Udahlah, nggak apa-apa. Sekali-kali lo bantuin gue nyingkirin tu dedemit, lumayan padang dosa lo berkurang karena menolong anak solehah seperti gue.”
“Solehah, kolor Mbah lo bentukan pikachu!” Fiella mengumpat.
“Udah teruji noh, mulut lo seratus persen materialnya dari bahan mercon. Mudah aja kan ngejelekkin gue di hadapan si bego? Buat dia ilfeel, tapi jangan buat dia baper.” katanya memasang kacamata hitam.
“Enak banget lo ya, nyuruh gue tanpa ada beban gitu.” Fiella berujar dengan mata menyipit serta diiringi senyum penuh sindiran.
Gadis berambut lurus tadi mengangguk cepat, “Tapi jangan lupa sebelumnya, lo harus tagih rekaman instrumen gue yang udah dia bikinin.” Hana menitipkan flashdisknya pada Fiella.
Cewek berponi tipis itu merengut, “Ada pameran gitu ya, di taman sini? Orangnya pada ngalahin pas konser Cherrybelle aja.” Fiella menyimpan benda kecil milik Hana itu di tas selempangnya.
“Iya, anak fotografi pada kesini semua.”
“Lo kan tau kalau gue punya sindrom gagap tiba-tiba kalau berada di lingkungan yang banyak karbon dioksidanya. Sumpek Han.” ucap Fiella tidak bersemangat.
“Nggak ada sindrom gagap, Fi. Adanya tuh, lo bakal gagap saat ngodingin si doi.” cibir Hana.
“Omongan lo ya, udah kayak yang paling benar aja. Dasar Lampir Jomblo.” balas Fiella jenaka.
“Iya tau, anak IT pacarannya sama komputer terus.” ujar Hana menoel keras bahu Fiella.
“Okeh, gue berubah pikiran buat ngebantu lo.” balas Fiella mengacungkan jempol.
“Canda doang Nyai, elah.” Hana menelisik kerumunan orang-orang yang melalui mereka berdua.
“Perasaan hidup lo becanda mulu.”
“Biar awet muda, Fi.”
“Kurangin becanda ya sayang, muka lo nggak selaras sama akhlak.”
Hana bergidik, “Makasih, cara lo keren pas muji muka gue.”
Fiella memeletkan lidahnya kala Hana disibukkan dengan ponsel yang tidak berhenti berbunyi, menandakan ada deretan spam pesan dari seseorang.
“Eh, Fi. Dia udah nyampe sini katanya.” Hana berucap datar setelah menerima pesan dari cowok dedemitan, “Deket tiang listrik, lagi make baju training hijau.”
“Hah, gue nggak tau arah jalan ke tiang listrik, woy!” maki Fiella sewaktu Hana mendorong punggungnya keras, “Kampret, untung si Lampir hobi traktir. Kalau nggak pun udah gue tendang pankreasnya.” kemudian cewek tidak tahu bersyukur itu lari terbirit-birit meninggalkan Fiella.
***
Fiella mengambil napas panjang, menata kata-kata untuk memulai gibah dengan cowok yang katanya Hana mengganggunya beberapa bulan ini. Seperti deskripsi singkat yang disampaikan Hana, cowok dedemit itu tengah memakai training hijau dan menunggu di dekat tiang listrik.
SALAH.
Bukan hanya merepotkan dengan menunggu di dekat tiang listrik, tetapi cowok yang semua wajahnya tertutup oleh masker itu pun bersebelahan dengan bak sampah yang menganga lebar.
Sontak saja, Fiella berucap 'Eww' dengan amat pelan.
Sudah siap, waktunya Fiella Kinandari Shimikim beraksi.