L (leave) I A N A

Tianaqila
Chapter #9

8

***

"Siang," jawab Bu Dati.

Liana tidak berani bergerak, mencari tahu pun dia tidak ingin, padahal orang itu memegang peranan penting baginya nanti. Andai ia tau.

"Sesuai janji ibu, kamu akan mendapatkan hukuman Liana. Dan dia adalah pengawas kamu selama menjalani hukuman." Jeda, Bu Dati menunjuk pada orang di belakang Liana. Lantas Liana pun menengok ke belakang mengikuti arahan.

"Dia Rhino-kakak asuh kamu selama sebulan ke depan!" beritahu Bu Dati.

"Rhino?" Liana mengulangi nama itu. Liana tidak bisa berkutik sama sekali saat dihadapkan pada sosok lelaki berpostur kurus dengan tinggi menjulang serta kacamata yang membingkai kedua mata. Sekilas sosok itu terlihat begitu asing, namun Liana menyadari bahwa sebelumnya ia dan siswa itu pernah bertemu kemarin. Namun, wajahnya waktu itu berganti dengan The Guard. Apakah sekarang The Guard sedang berkamuflase?

--

Liana dan Rhino sedang berjalan di lorong kelas. Saat itu sekolah sudah sepi karena bel pulang sekolah telah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Jadi wajar jika tidak banyak orang yang hilir mudik disana.

Liana sedari tadi menunggu Rhino yang diyakini sebagai perwujudan The Guard sebagai manusia untuk bicara dan menjelaskan tentang semua. Dia meyakini bahwa segala kesialan yang didapatkan hari itu adalah campur tangan The Guard, bukan atas kesalahannya pribadi. Ada satu keanehan yang dirasakan Liana saat itu yakni ia tidak merasa takut seperti sebelumnya ketika bersama dengan The Guard. Jelas hal itu mengundang tanda tanya di kepala, apakah benar dia The Guard atau memang Rhino-kakak kelas jenius di sekolahnya?

Ketika tiba di persimpangan jalan, Liana pun memberanikan diri bersuara, "Lo gak usah pura-pura gak kenal sama gue. Gue tau Lo lagi nyamar," kata Liana sok tahu.

Lelaki itu tidak menggubris perkataan Liana, malah terus berjalan lurus menuju tempat parkir. Walaupun sebenarnya ia heran terhadap tuduhan yang ditujukan padanya, padahal ia tak tahu apa-apa, mengenal saja baru sekarang. Tapi ia memilih diam dan meninggalkan Liana.

Merasa tak ditanggapi, Liana lantas mempercepat langkah hingga kembali sejajar, lalu kembali menimpali, "Rencana Lo apalagi buat gue bisa percaya sama Lo? Masuk ke mimpi gue terus bawa gue ke neraka? Halah, basi!" Liana sengaja meninggikan nada suaranya supaya lelaki itu menegur. Mungkin bagi orang lain, perkataan Liana lebih terkesan menuduh daripada bertanya.

Lihat selengkapnya