***
"Gak... Gak papa." Liana menggeleng, enggan memberitahu.
Sandra mengedikkan bahu, terserah. Sedetik kemudian ia seakan teringat sesuatu, "Lo udah ngerjain pr kimia belom? Bu Dati langsung nagih pr biasanya, kan?"
Tanpa aba-aba, Liana mencengkeram bahu Sandra sampai gadis itu mengaduh sakit, matanya membelalak menakutkan.
"ASTAGA, GUE LUPA."
Bola mata Sandra memutar. Seperti yang ia duga, pasti saja Liana lupa akan pekerjaan rumah kalau tidak diingatkan olehnya. "Pasti keasyikan nonton film horor yang di saranin sama kak Kevin. Dasar Bucin!" Ejeknya.
Memang kebiasaan Liana jika berkaitan dengan namanya KEVIN pasti melupakan hal lain yang lebih penting, sekalipun kewajiban paling urgensi. Dan selalu saja alasannya begini.
Raut wajahnya berubah muram, "Kan Lo tau sendiri, satu-satunya cara biar gue bisa ngobrol sama kak Kevin ya gitu." Liana memanyunkan bibir, teringat pengorbanannya yang cukup besar untuk hanya sekedar ngobrol kurang lebih 5 menit dengan Kevin, kakak kelas yang cukup disegani di sekolah sekaligus seniornya di klub karate.
Sebelah tangan Sandra mencoba melepas cengkraman Liana di bahunya. Menepisnya dengan kasar.
"Padahal Lo sendiri gak berani nonton," sindir Sandra membuat kepala Liana semakin tertunduk. Jahat sekali ucapan Sandra walaupun diakui 100% benar.
Asal tau saja, jika setiap habis menonton film horor, pasti ia akan bermimpi buruk sampai berhari-hari setelahnya. Bisa juga untuk menyiasatinya, Liana akan minta mendatangi kamar Kiarra dan menontonnya bersama, ya walaupun Kiarra dalam keadaan tidur lelap. Prinsipnya, ia tidak sendiri saat menontonnya. Itu hanya sedikit pengalaman dari Liana untuk mendapatkan perhatian Kevin, meskipun sejujurnya ia tau jika lelaki itu hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih.
"Yaudah nih..." Sandra mengangsurkan sebuah buku bersampul di depan Liana. "Cepetan gih disalin pr-nya, keburu Bu Dati masuk kelas!" Suruh Sandra.
Kedua mata Liana membulat, tampak terharu. "Lo memang sahabat paling pengertian, San." Liana merentangkan tangan ingin memeluk Sandra, namun sahabatnya itu menjauhkan badan dengan tampang jijik.