L (leave) I A N A

Tianaqila
Chapter #7

6

***

Seorang gadis berpakaian serba hitam memasuki sebuah pintu. Tanpa dikomando, kakinya terus berjalan menuju titik terang di ujung sana. Seakan dihipnotis, tubuhnya menuruti saja, tidak bisa menolak maupun menghindar.

Cahaya terang itu menyilaukan pandangan beberapa detik sebelum penglihatannya tertutupi oleh kabut hitam nan pekat.

"TOLONG! SIAPA SAJA TOLONG AKU!"

"PANAS... BERIKAN GUE AIR, TUHAN! PANAS... GUE KEPANASAN."

"HIDUPKAN SAYA LAGI, SAYA JANJI AKAN BERBUAT BAIK!"

Teriakan-teriakan itu mengundang rasa penasaran si gadis. Matanya yang semula tertutup, ia buka perlahan. Saat seluruh netranya terbuka, tanpa sadar kakinya melangkah mundur. Terus mundur sampai kakinya seakan hilang pijakan. Ditengoknya sebentar pada sisi belakang. Betapa terkejutnya ia mendapati jurang dengan kedalaman yang tidak dapat diterka, sejauh apa akan membawanya untuk masuk kesana. Kakinya refleks melangkah maju, agar tubuh mungil itu tidak jatuh ke bawah sana.

Namun, ia tidak bisa terlalu jauh melangkah, sebab di sisi yang berlawanan dengan jurang juga ada sebuah kawah api besar dimana terjadi pembakaran secara masal. Pembakaran untuk orang-orang yang berteriak meminta pertolongan pada Tuhannya, seperti yang didengar oleh si gadis.

Mengerikan. Sangat mengerikan menyaksikan semuanya di depan mata. Bau gosong nan menyengat bercampur jelaga yang memuakkan. Si gadis tak tahan untuk melihat. Ingin secepat mungkin berpindah dari sana, tetapi hanya ada satu jalan untuk melewatinya. Jalan setapak dengan susunan kayu ukuran kecil berjarak sangat lebar dan terlihat lapuk. Tidak yakin bisa dilewati dengan mudah, apalagi oleh tubuh manusia. Bisa-bisa kayu itu patah dan membuat orang diatasnya terjatuh ke bawah.

Si gadis bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Apakah melangkah atau tetap diam disana menyaksikan satu-persatu orang dibawah sana dimasukkan dalam api yang berkobar, beberapa kali. Lagipula, pintu cahaya yang tadi ia lewati juga menghilang, entah berada dimana sekarang. Penyesalan, jelas ia rasakan, mengapa ia tergoda untuk mendekati pintu cahaya tanpa memeriksa lebih dulu? Sekarang ia harus berada di situasi serba sulit, tanpa petunjuk arah sama sekali.

"Baiklah, kalau sudah begini aku lebih baik..." Si gadis membatin. Saat akan melaksanakan niatnya, tiba-tiba saja kayu di pijakan pertama mengeluarkan suara patahan. Semula hanya retakan kecil, namun semakin ia menumpukan tubuh pada kayu itu bertambah besar retakannya, hingga...

PRAKKK...

Dalam sekejap mata, tubuh si gadis mengawang di angkasa sebelum terjatuh pada tumpukan kayu-kayu panas.

"Sekarang giliran anda untuk masuk ke neraka!" ujar sebuah suara berat yang menghampirinya, lalu menyeret tubuh mungil si gadis untuk ikut bergabung bersama orang-orang yang berteriak minta tolong padanya, tadi.

--

Lihat selengkapnya