L/R

Fani Fujisaki
Chapter #9

8.R

Hidup menjadi orang lain tidaklah semudah aktor yang berperan di sebuah film. Tidak ada sutradara yang akan mengatakan cut, tidak ada juga adegan reka ulang yang dilakukan jika melakukan tindakan yang salah.

Aku diharuskan berimprovisasi sendiri dalam situasi tak terduga yang bisa terjadi kapan saja. Berada di posisi ini membuatku jauh lebih merasa pusing dibanding harus mengikuti lomba olimpiade matematika tingkat SMP.

Selama ada rumus, matematika dapat dikerjakan dengan benar. Tapi mempelajari hidup orang lain dan merealisasikannya secara langsung terlalu membingungkan untuk dilakukan.

Apalagi jika sudah berada di posisi yang sulit, aku harus ingat untuk menahan diri. Jadi di minggu ke dua saat menjadi Leo, aku memutuskan untuk jauh lebih berkonsentrasi mengikuti pelajaran saja saat di sekolah. Menghadapi teman-teman Leo membuat beban pikiran tersendiri untukku.

"Kamu lelah, Leo?"

Dengan cepat aku buru-buru bangkit dari posisiku yang sedang tiduran di sofa ruang tamu saat Mama masuk dari pintu depan rumah, "Nggak kok, Ma, aku cuma lagi nonton tv aja."

Mama berjalan mendekat kemudian duduk di sampingku, Beliau menghela napas sambil meletakkan barang-barang yang dibawanya, "Mama lelah?"

Helaan napas panjang kembali dilakukan oleh Mama, "Tadi ada sedikit masalah di butik."

"Mau kupijat?"

"Boleh, coba tolong pijat pergelangan tangan Mama."

Aku memegang pergelangan tangan Mama lalu memijatnya selembut mungkin. Dapat kulihat secara perlahan ekspresi wajah Mama mulai lebih rileks dibanding sebelumnya, "Makasih ya, Leo. Mama senang ada kamu yang menemani saat Mama lelah begini."

Mendengar ucapan itu membuatku tersenyum senang. Karena terbiasa, sekarang aku tidak merasa canggung lagi saat harus melakukan interaksi yang biasa dilakukan oleh ibu dan anak. Bahkan sekarang aku sudah sampai dititik di mana bisa menatap wanita ini sebagai ibu sendiri.

Rasanya sangat nyaman berada di situasi yang membuatku seperti benar-benar memiliki keluarga yang lengkap, "Mama jangan terlalu lelah ya? Aku tidak mau Mama sampai sakit."

"Iya, sayang. Kamu juga jaga kesehatan ya?"

"Iya, aku juga tidak ingin membuat Mama cemas kok."

Mama mengelus kepalaku dengan lembut, "Mama sayang bangat sama kamu, teruslah jadi anak baik yang disayang Mama ya?"

Aku tersenyum mendengar pujian yang mulai sering diucapkan oleh Mama selama beberapa hari terakhir ini, "Tentu."

Pagi ini masih sama seperti pagi sebelum-sebelumnya. Aku tetap melakukan sarapan bersama dengan Mama dan Papa sebelum berangkat sekolah.

"Hari ini Leo pulang sekolah jam satu ya?"

Lihat selengkapnya