L/R

Fani Fujisaki
Chapter #30

29

Walau sempat ditolak, Albert tetap mengantar Rio sampai pintu keluar rumah sakit. Dia setidaknya ingin lebih menunjukkan sosok seorang ayah yang perhatian sampai akhir.

Selama ini Albert sadar jika dirinya memang kurang memberi kasih sayang pada anaknya dengan alasan sibuk bekerja. Bahkan karena jarang menghabiskan waktu bersama sang anak, Leo sampai menganggap Rizal seperti orang tuanya sendiri.

Melihat Leo masih bergeming di depan kamar rawat Rizal, secara refleks Albert menghela napas.

Merasa bersalah sudah membiarkan Rizal salah mengenalinya, ikut senang mengetahui Rio bisa bertemu orang tua kandungnya, sedih takut kehilangan saudara yang selama ini sangat diinginkannya. Bukan hanya Rio saja, Leo pun mengalami pergulatan batin yang hebat dengan bermacam-macam perasaan yang sedang dialaminya.

Memang sejak mendengar ayah kandung Rio masih hidup dan berniat ingin tinggal bersama, Leo sudah tahu sosok saudara yang diinginkannya suatu saat akan pergi. Tapi ini terlalu cepat, Leo belum banyak menghabiskan waktu bersama dengan Rio. Masih ada banyak hal yang mau dia lakukan.

Albert duduk di samping Leo sambil mengelus punggungnya, "Apapun keputusan yang Rio ambil, Leo harus bisa menerimanya ya?"

Leo mencoba untuk mengangguk. Dia harus mendukung keputusan Rio, dia tidak boleh egois. Meski Rio memilih tinggal bersama Rizal, tidak berarti Leo berpisah selamanya dengan Rio. Mereka masih bisa bertemu, mereka juga masih berteman, tapi, "Apa aku masih bisa menjadi saudara Rio?"

"Tentu saja. Ikatan saudara bisa terjalin bukan hanya karena kalian lahir dari orang tua yang sama, bukan juga karena nama kalian berada di satu kartu keluarga yang sama. Walau Rio tidak bisa diadopsi secara legal, Leo selama ini masih menganggapnya sebagai saudara kan?"

Leo mengusap wajahnya, ucapan Albert sangatlah benar. Apapun pilihan yang diambil oleh Rio, mereka masih bisa menjadi saudara. Tidak ada yang berubah, "Tapi apa Rio juga menginginkan hal yang sama?"

Meski sejak awal Leo sangat ngotot mengatakan Rio adalah kembarannya, tapi Rio tidak melakukan hal yang sama. Rio hanya terlihat memperlakukan Leo sebagai sosok teman saja.

Albert menghela napas, dia sangat mengerti dengan apa yang sedang dipikirkan oleh anaknya ini, "Rio juga menganggap Leo sebagai saudara kok. Bahkan setelah Leo kembali tinggal di rumah, Rio terlihat jauh lebih bahagia."

Leo menatap Albert dengan seksama, dia ingin percaya dengan ucapan sang papa. Selama ini Rio selalu merasa sungkan saat sedang bersama dengannya, Rio juga terlihat masih menahan diri seolah merasa takut membuat Leo marah ataupun sedih.

Dan karena sikap itu jugalah Leo mencoba berjalan mendekat duluan agar Rio bisa bersikap santai tanpa perlu menahan diri lagi.

Melihat anaknya sudah mulai lebih tenang dibanding sebelumnya, Albert kembali berdiri, "Bagaimana kalau sekarang kita minta maaf pada Pak Rizal karena sudah membuatnya salah paham?"

Leo menatap pintu kamar rawat dengan ragu, dia juga belum siap untuk ini, tapi tidak sopan jika belum mengucapkan maaf karena sudah membuat Rizal salah paham.

Albert mengelus kepala Leo dengan lembut, "Leo tidak melakukan kesalahan apapun, dia tidak akan marah kok."

Setelah meyakinkan diri, akhirnya Leo mau mengikuti Albert untuk masuk kamar 402A. Tapi karena masih sedikit takut, Leo memilih bersembunyi di belakang Albert. Rasanya sangat sulit untuk kembali menemui Rizal karena berbagai macam alasan.

Albert menghela napas melihat kelakuan anaknya, "Leo, bersikaplah lebih sopan."

Rizal tersenyum melihat Leo yang memilih berdiri di belakang Albert, "Bagaimana keadaan Leo sekarang? Apa sudah sehat?"

"Iya. Maaf membuat Paman kecewa karena yang sudah ditolong bukanlah anak Paman sendiri."

"Paman tetap merasa senang kok karena sudah menolongmu. Rio sangat menyayangi Leo, Paman senang karena sudah menolong seseorang yang sangat penting untuk Rio."

Lihat selengkapnya