L/R

Fani Fujisaki
Chapter #31

30.L

Karena sejak dulu Mama dan Papa sering sibuk bekerja, kesepian adalah hal yang selalu kurasakan saat berada di rumah sendirian. Bahkan aku pernah memiliki harapan Mama dan Papa berhenti bekerja agar lebih memperhatikanku.

Tapi tak kusangka sekarang aku bisa mendapatkan sosok orang tua baru. Aku memiliki seorang ayah lagi. Ah, bukan karena orang tuaku bercerai lalu Mama menikah lagi, tapi aku memiliki ayah baru berkat Rio.

Setelah Rio juga sepakat berbagi orang tua denganku, sekarang aku memiliki keluarga baru.

Tentu itu terasa menyenangkan, apalagi Ayah juga sangat baik padaku.

Tapi sekarang gugup yang kurasakan karena akan bertemu dengan ibunya Rio untuk kali pertama. Tunggu, apa Rio memanggil dengan sebutan Ibu? Atau Bunda? Terasa janggal jika dipanggil Umi ya?

Aku tidak keberatan sih dengan pemilihan panggilan, tapi mudah-mudahan tidak dipanggil Mama karena membingungkan jika memiliki dua orang mama.

Oke, abaikan pemilihan panggilan yang belum jelas ini. Sekarang aku harus menenangkan diri dulu sebelum memasuki kamar rawat Ayah.

Setelah mengatur napas beberapa kali, aku mengetuk pintu dua kali kemudian langsung membukanya. Di dalam ruangan ada Rio, Ayah, seorang wanita yang belum kutahu nama atau cara Rio memanggilnya, dan seorang gadis kecil.

"Leo hari ini menjenguk lagi ya?"

Dengan gugup aku berjalan mendekat. Meski Ayah sudah setuju menganggapku sebagai anaknya, tapi terasa canggung berada di tengah-tengah keluarga orang lain.

Aku merasa seperti orang asing yang mengganggu. Apa Rio merasakan hal seperti ini juga saat bersama dengan Mama dan Papa?

"Mereka bukan saudara kembar kok."

Bingung, aku menatap Ayah yang sepertinya baru saja bicara dengan wanita yang berdiri di sampingnya. Ah benar, ini bukan ibu kandung Rio ya? Beliau pasti heran melihat kemiripan wajahku dengan Rio.

Tapi meski bukan orang tua kandung, Beliau tetap menjadi bagian dari keluarga Rio, aku harus bersikap baik padanya. Aku menjulurkan tangan untuk mengajak berkenalan, "Namaku Leo Alvarez."

"Diana."

Dahiku mengerut bingung, kenapa malah menyebutkan nama? Padahal aku juga ingin memanggil dengan cara yang sama seperti Rio memanggilnya, "Um... aku sudah menganggap Ayah sudah seperti orang tuaku sendiri, jadi apa aku juga boleh menjadi anak Anda? Lalu bagaimana cara Rio memanggil?"

Saat aku berpaling menatap Rio untuk bertanya, Rio justru terlihat kebingungan. Tunggu dulu, masa Rio juga belum menentukan panggilan sih?

"Bunda."

Bunda ya? Untunglah Rio tidak memilih panggilan mama. Tapi begitu aku kembali memalingkan pandangan, wanita yang berada di hadapanku ini terlihat terharu. Loh, kenapa? Apa yang salah?

"Dia hanya terharu karena ini pertama kali Rio memanggilnya Bunda."

Oh... jadi Rio memang belum menentukan panggilan ya? Aku mengangguk mengerti mendengar penjelasan Ayah.

"Kenapa Mas Rio ada dua?"

Kedua netraku mengarah ke anak kecil yang berdiri di dekat Rio. Imutnya.... kenapa dia bisa menunjukkan ekspresi menggemaskan begini saat terlihat bingung? Aku kan jadi ingin minta memiliki adik perempuan setelah pulang nanti.

Tapi jika harus mempertimbangkan usia Mama dan Papa, sepertinya cukup mustahil ya? Apalagi mereka terlalu sibuk bekerja, jika aku menuntut pun yang ada mereka malah menyuruhku untuk ke panti asuhan agar bisa memilih sendiri adik perempuan yang cocok masuk kriteriaku.

Berhubung sekarang aku sudah menjadi bagian dari keluarga Rio, gadis kecil ini menjadi adikku juga kan? Aku langsung berjongkok untuk bisa melihat wajahnya dari dekat, "Aku bukan Mas Rio, aku Leo. Dan kami memang terlihat sama."

Rio ikut berjongkok untuk memelototiku dengan kesal, aku hanya bisa nyengir. Walau lawan bicaranya adalah anak kecil, aku tetap suka membanggakan kemiripan ini sih.

Mencoba mengabaikan aura intimidasi yang mulai dikeluarkan Rio, aku kembali menatap anak ini, "Kamu namanya siapa?"

"Inestasya Azahra. Um, bagaimana cara membedakan Kakak dengan Mas Rio?"

Lihat selengkapnya