L/R

Fani Fujisaki
Chapter #51

50.R

Sudah sepantasnya seorang ayah merasa khawatir pada anak perempuannya, apalagi jika anak semata wayang. Bersikap tegas pada laki-laki yang mendekati anak perempuannya adalah hal yang pantas dilakukan.

Tapi Pak Surya yang merupakan polisi justru tidak menunjukkan sikap seperti itu. Setelah secara paksa memaksaku menjemput Franda yang juga melakukan kegiatan ekskul saat hari Sabtu di sekolah, aku pun diharuskan agar memulangkan Franda setelah Magrib. Enam jam dari sekarang yang masih pukul dua belas siang.

Sungguh tidak bertanggung jawab. Ada ya ayah yang tidak mengizinkan anak pulang ke rumah? Kenapa coba Pak Surya bisa menjadi orang tua yang tidak bertanggung jawab dengan melarang Franda langsung pulang? Memang sih aku dipercaya olehnya, tapi harusnya tetap ada rasa khawatir karena Franda belum jelas mau kubawa ke mana sekarang.

"Maaf tentang sikap papaku."

Aku menghela napas agar rasa kesalku menghilang. Franda sama sekali tidak bersalah, aku sudah tahu yang memiliki sifat egois yang sangat tinggi adalah Pak Surya, "Nggak masalah. Lalu aku harus mengajakmu ke mana sekarang?"

"Terserah Rio."

Aku mau pulang saja lalu istirahat, tapi apa tidak apa-apa membawa Franda ke rumahku? Datang ke rumah Leo sepertinya juga bukan pilihan bagus mengingat sikap Mama yang terlalu berlebihan saat aku mengaku sudah dijodohkan, "Bagaimana jika ke rumahku? Franda mau?"

"Boleh?" tanya Franda dengan raut yang terlihat begitu bersemangat.

"Rumahku nggak begitu bagus. Franda benar-benar mau ke sana?" 

Franda mengangguk beberapa kali dengan cepat, "Sangat mau."

Setelah sepakat, kami pun langsung menuju ke rumahku menggunakan motor. Dan setelah sepuluh menittan menempuh perjalanan, kami sampai disambut dengan keberadaan Leo yang sedang membantu Bunda di warung.

"Kupikir mau dijemput untuk diantar pulang, aku nggak nyangka kamu justru membawa Franda pulang ke rumah sendiri."

Aku juga lebih mengharapkan mengantar pulang ke rumah Franda sendiri, sayang sekali perintah Pak Surya berkata lain, "Aku nggak boleh memulangkannya sebelum Magrib."

"Jam enam sore? Serius? Orang tua yang luar biasa," ucap Leo sambil menatap Franda dengan takjub.

Dari lirikanku terlihat Franda hanya dapat menunjukkan ekspresi sangat pasrah. Pasti tidak mudah ya menjadi anak Pak Surya? Aku bersyukur sudah menolak diadopsi olehnya, "Oh ya, Bunda, ini Franda. Anak kapolres Jakarta Timur yang disuruh bertunangan denganku."

"Salam kenal Franda. Maaf ya jika rumahnya kecil, tapi semoga kamu nyaman berada di sini."

"I- iya. Aku nyaman kok, Tante. Maaf merepotkan karena harus berada di sini terlalu lama."

Enam jam memang bukan waktu yang sebentar, kecuali yang menghabiskan waktu selama itu adalah Leo yang sudah tidak dianggap sebagai tamu lagi, "Aku mau ganti baju dulu. Leo, tolong temani Franda dulu ya?"

"Seperti biasa kamu memang kejam karena langsung ditinggalkan begitu aja."

Kan hanya ingin berganti pakaian sebentar, kenapa malah dikatakan kejam? Tidak nyaman tahu memakai baju yang sudah dipenuhi keringat hasil dari ekskul karate tadi. Tapi karena tidak mau berdebat panjang lebar dengan Leo, aku berjalan memasuki rumah tanpa bicara lagi.

Setelah memasuki kamar dan menutup pintu, aku mendekati lemari pakaian lalu membukanya. Sembilan puluh persen isinya merupakan pakaian milik Leo yang diberikan padaku, dan ada beberapa punya Leo yang tertinggal saat dia menginap di sini.

Lihat selengkapnya