Hari ini sungguh melelahkan. Aku capek memikirkan kalung yang sempat hilang, mataku juga pegal karena memakai kontak lens, dan kakiku terasa aneh dari pagi karena tidak biasa memakai sepatu sport dengan model yang sering Rio gunakan.
Karena ingin totalitas, aku memang sengaja merubah detail paling kecil yang biasa menjadi pembeda. Walau aku sengaja membongkar identitasku pada Bagas, tapi aku tidak ikut merubah sikapku juga.
Aku akan tetap menjadi Rio Arizki sampai menemui si pemilik nama.
"Rio."
Langkahku yang sedang ingin berjalan keluar dari sekolah terhenti untuk menatap Sinta yang memanggil, "Kenapa?"
"Kudengar kalung milik Leo hilang ya? Apa sudah ketemu?"
Dahiku mengernyit heran. Kenapa Sinta tahu kalungku hilang? Dan dia juga tidak mengenaliku? "Udah ketemu kok. Tapi kenapa Sinta bisa tahu tentang ini?"
Melihat Sinta tersenyum malu-malu sambil menunduk, aku menahan diri untuk tidak melakukan apapun karena gemas dengan tingkahnya. Kenapa dia bersikap seperti ini pada Rio sih? Padahal mengakunya sudah move on, lalu kenapa masih bersikap seperti gadis yang sedang jatuh cinta?
"Aku menyadarinya dari foto Leo yang dikirim Franda."
"Untuk apa Franda mengirim foto Leo?" tanyaku yang dibuat bingung mendengar jawaban tak terduga Sinta.
Semua penghuni SMA Tirta Bangsa memang tahu mengenai Franda yang punya hobi fotografi, tapi itu tidak menjelaskan kenapa fotoku bisa dikirim ke Sinta.
"Karena Franda minta dikirimi fotomu saat di sekolah, dia membalasku dengan cara yang sama."
Sa...ma? Jika Sinta mengakui dirinya sama seperti Franda, apa artinya dia menyukaiku seperti Franda yang menyukai Rio? Aku mengarahkan kepalaku ke kiri untuk menyembunyikan senyum saat mendapat pemikiran manis seperti itu.
Aku tidak sedang kepedean kan? Otakku tidak terlalu jauh berpikir sampai mendapat kesimpulan seperti ini kan?
"Lu- lupakan ucapanku barusan. Aku pulang duluan ya!"
"Eh?" dengan bingung aku melihat Sinta yang bergegas berlari menjauh. Kenapa dia kabur dariku? Dia kan salah mengenaliku sebagai Rio, seharusnya tidak ada yang salah dengan membicarakanku pada Rio kan?
Saat sedang menggaruk tengkuk karena masih bingung, aku langsung menyadari sesuatu dan berpindah untuk memegang leher dekat telinga. Rio memiliki tahi lalat di bagian ini.
Dengan panik aku buru-buru mengeluarkan ponsel untuk menghubungi orang yang pertama kali menemukan perbedaan fisik di antara aku dan Rio.
"Ada apa, Rio?"
Saat panggilan tersambung, aku justru melihat layar sejenak. Iya juga ya, ini kan ponsel milik Rio. Tapi karena tidak mau ambil pusing, aku kembali mengarahkan ponsel ke telinga, "Franda, apa Sinta tahu keberadaan tahi lalat di belakang telingaku?"
"Aku menceritakan padanya agar dia juga bisa membedakanmu dan Leo."
Jadi alasan Sinta kabur memang karena bisa mengenaliku ya? Dan bukannya marah karena aku berhasil berperan sebagai Rio di sekolah, dia malah memilih melarikan diri.
Lucu bangat sih tingkahnya saat tertangkap basah mengakui mendapatkan fotoku dari Franda.
Aku jadi ingin cepat-cepat mengatakan perasaanku dan mengajaknya pacaran.
Tapi bagaimana cara yang tepat mengatakan suka pada perempuan seperti Sinta ya? "Bagaimana menurutmu jika Leo mengajak Sinta pacaran?"
"Eh? Aku juga berharap mereka bisa secepatnya pacaran. Tapi Sinta merasa nggak pantas untuk Leo kalau belum bisa sepintar kamu."
Dia berniat menolakku meski menyukaiku juga? Dan kenapa harus merasa tidak pantas segala? Aku tidak pernah berharap memiliki pacar kepintaran seperti Rio.