L/R

Fani Fujisaki
Chapter #60

59.R

Datang ke ruang kepala sekolah bukanlah hal baru untukku. Aku sudah pernah masuk ruangan ini untuk menanyakan tentang beasiswa. Tapi jika disuruh datang ke ruang kepala sekolah bersama dengan Sinta, ini jelas bukan hal biasa yang dapat terjadi.

Aku hanya bisa menunjukkan ekspresi bingung saat sudah duduk di hadapan kepala sekolah yang memiliki nama lengkap Utami Wulandari.

"Rio masih berminat mengajukan beasiswa di kampus Jakarta kan?"

Meski bingung, aku tetap mengangguk, "Sebisa mungkin aku ingin mendapat beasiswa di jurusan kedokteran."

"Itu tidak sulit. Tapi sekolah sekarang memiliki tawaran yang lebih bagus lagi, yang jika Rio tolak otomatis tawaran ini diberikan pada Sinta."

Kedua netraku melirik Sinta yang duduk di samping kananku. Jadi ini alasan kami dipanggil ke ruang kepala sekolah secara bersamaan ya?

Dua buah brosur Bu Utami berikan untukku dan Sinta. Di sini tertulis informasi yang berisi beasiswa di Inggris.

Tunggu, Inggris? Aku tidak salah baca kan? Karena tidak yakin dengan yang sudah dibaca, aku mengucek mataku secara bergantian.

"Beasiswa di Inggris?" tanya Sinta yang membuatku yakin jika brosur memang berisi informasi mengenai beasiswa di Inggris.

"Iya. Ada beberapa kampus ternama yang menerima beasiswa, dan salah satu dari kalian Ibu yakini bisa mendapatkannya."

Terdengar menggiurkan kuliah di luar negeri pakai jalur beasiswa, tapi keinginanku untuk mendapat beasiswa di kampus negeri Jakarta jauh lebih besar, "Aku nggak tertarik."

"Itu sebabnya Ibu juga memanggil Sinta ke sini."

Setelah kembali mengembalikan brosur ke Bu Utami, aku memperhatikan Sinta yang begitu serius membaca brosur. Sepertinya dia cukup tertarik ya?

Mengerti jika Sinta juga memiliki ketidakyakinan tersendiri, aku memutuskan bertanya lebih jauh, "Kalau menerima beasiswa, kami tinggal di mana selama kuliah di sana, Bu?"

"Ada asrama khusus yang bisa di tempati kok. Tenang saja, selain untuk urusan makan, kalian tidak diminta membayar apapun lagi."

Enak juga ya kalau hampir seratus persen digratiskan. Tapi aku masih tidak mengerti dengan tawaran yang terkesan terburu-buru ini, "Kenapa Ibu menawarkan ini pada kami berdua? Kami kan baru kelas satu."

Bu Utami tersenyum keibuan seolah sudah menebak aku pasti menanyakan hal itu, "Tidak mudah mendapat beasiswa di luar negeri, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Jadi Ibu menawarkan ini hanya pada murid kelas dua dan kelas satu saja."

Lihat selengkapnya