Kulitnya putih bak kapas lembut beterbangan. Cantik tak terdefinisikan. Sayang, saljunya membadai, tanpa bisa dicairkan.
====oo====
Gadis itu berlari membabi buta menyusuri tangga menuju rooftop sekolah. Air keringat jatuh pelan dari pelipis kanannya, ia panas dingin. Matanya tak bisa menyembunyikan bahwa ia sedang ketakutan.
Oren sampai di rooftop dengan terengah-engah. Air matanya perlahan jatuh, tangannya berusaha menahan perih pada jantungnya. Seperti ada ribuan tusukan panah yang menghujam dada kirinya itu.
"Tuhaaaannnn..." Gadis itu menjerit kesakitan. Ia sesenggukan parah.
Semesta menunjukkan aktivitas yang aneh. Fenomena langit yang sangat jarang terjadi. Awan-awan yang tadinya menggumpal hitam, berubah menjadi warna-warni layaknya pelangi, orang menyebutnya, Fire Rainbow.
Guratan itu terlihat indah menghiasi langit, namun terasa menyakitkan bagi gadis cantik itu. Oren bersimpuh dengan mata terpejam, menahan degupan jantung yang terasa ingin lepas darinya.
Gerbang langit terbuka dari sudut penglihatan matanya. Gerbang itu menyorot dengan ritma yang sama dengan kepedihan di dada kirinya.
"Tuhan... jangan sekarang..." lirihnya dengan air mata yang terus mengalir. Rasanya ia ingin mati saja daripada diberi siksaan menyakitkan seperti ini.
"Jadilah Bidadari... jadilah bidadari... dan jangan bertingkah seperti iblis..." Dia mengangkat kepalanya ke langit, mengucapkan mantra sambil terisak-isak.
"Bunuh diri cuma bikin lo sakit dua kali." Seseorang berbicara, gadis itu terkejut sambil menoleh ke sumber suara.
Oren menatap dingin, "siapa lo?" tanyanya pada laki-laki yang ia yakini adalah siswa di sekolahnya juga. Gadis itu menyeka air mata dan beranjak.
"mmm... coolman?" katanya sambil mengepulkan asap rokok.
Seragam yang keluar dari celana, rambut cepak berponi dan guratan alis yang tajam. Sudah pasti ia adalah langganan guru BP. Merokok di sekolah adalah pelanggaran yang jelas tak diperbolehkan.
"Gak jadi bunuh diri lo?" kata laki-laki itu sambil terus mengepulkan asap rokoknya ke udara. Menyadari sedari tadi gadis itu memandangnya lama.
"Lo siswa sini kan?" tanya Oren.
"Lo Larissa kan? Cewek famous yang katanya punya aura cantik melebihi standar cewek biasanya..."
Oren tersenyum gerah, "seluruh negeri udah tahu itu... dan lo gak usah pura-pura gak tahu kek orang bego."
Laki-laki itu tertawa, menekan ujung batang rokoknya kemudian beranjak sambil memegang telinga, "Gue gak salah denger kan? Lo ngomong apa barusan?"
"Gak usah pura-pura tuli juga..." katanya dengan bengis. Laki-laki itu mendengus kecut, tak percaya ia tengah diinjak harga dirinya.