L U M B R I C I N A - Bidadari Sengklek

Nurlintang Pauziah
Chapter #4

Sakit Lagi

Bagiku dunia ini hanya memberi rasa sakit tanpa ada penawarnya.

====oo====

Galaksi Pleiades. Tempat sembilan bidadari itu bertahan hidup disana. Meski berbeda galaksi, mereka terharu melihat Bumi telah tenang dari goncangannya.

Beribu-ribu tahun setelahnya, kehidupan pun berjalan sesuai mestinya. Bumi sejuk dari meteor, samudera tenang tak meluapkan tsunaminya, air sungai mengalir jernih bak kristal cair berjalan. Pepohonan hijau nan rimbun berjejer rapi dari kiri ke kanan.

Kehidupan manusia berjalan tenang dan damai. Bertani, beternak, memancing ikan.

Ah suasana kental tradisional.

Legenda pun dimulai.

~oo~

Sudah seminggu ini Naoren terus mengutuk dirinya sendiri. Ah bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Memalukan sekali. Begitu fikirnya.

Ia tak mau menjadi bidadari bernafsu iblis. Ia tetap ingin menjadi bidadari berhati malaikat. Namun terkadang keadaan tak selalu memihak padanya, bisikan-bisikan jahat terkadang menyelimutinya untuk selalu bernafsu pada pria manapun.

Tak pernah ada laki-laki yang menolaknya. Sekali ia berbuat erotis, laki-laki manapun akan takluk teringin bercumbu lebih dengannya.

Tapi laki-laki itu? Baru kali ini ia gelisah.

Dengan berlari setengah mati, gadis itu terbirit-birit menuju rooftop sekolah. Ia berharap menemukan laki-laki itu disana. Ia ingin membuat klarifikasi meski hanya spekulasi semata.

Namun tak ada siapa-siapa. Hanya semilir angin besar yang menerbangkan rambut halusnya. Ia turun lagi kebawah mengembalikan memori pada tempat-tempat yang mungkin bisa membantunya menemukan laki-laki itu.

Toilet itu.

Oren berlari lagi menuruni anak tangga menuju toilet tempat ia menjadi Cleopatra nakal di sana.

BUGG! Ia membuka kasar pintu itu. Nihil. Laki-laki itu tak ada disana. Ia sedikit menyesal.

Oren duduk termenung di depan toilet sambil menyeka keringatnya yang berbondong-bondong keluar.

"Gue kenapa sih?" lirihnya. Gadis itu merasa palsu akhir-akhir ini. Mengapa ia harus peduli?

Tiba-tiba rasa perih itu kembali menembak jantungnya. Kali ini dua kali lebih sakit dibanding saat di rooftop. Oren menahan organ asing ditubuhnya itu dengan tangan sekuat tenaga. Berharap rasa sakitnya hilang dan tak kembali lagi.

Waktumu hampir habis... selesaikan perintah dan lekas kembali pada kodratmu!!

Jangan buang waktu!!!

Suara-suara itu terus menggema di gendang telinganya. Ia kehabisan nafas, kepalanya pening hingga terasa ada ribuan kunang-kunang dalam lensa matanya.

Tubuhnya ambruk, tersungkur ke lantai toilet yang lumayan kotor. Gadis itu tak sadarkan diri.

~oo~

Lihat selengkapnya