La Arus

Mer Deliani
Chapter #19

Aku Datang

Namaku... biarlah ia tetap menjadi rahasia. Tugasku bukan untuk dikenali, melainkan untuk melihat dan mengungkap. Aku telah melihat betapa kejamnya takdir yang dipicu oleh larangan adat.

Pengalamanku yang paling membekas adalah temanku, Tima, yang mencintai abang kandungnya sendiri. Itu adalah cinta yang terlarang—tabu yang sama kentalnya dengan udara Lau Malir. Tima dan abangnya mengakhiri hidup mereka bersama di Jembatan Titi Dorek, Desa Kutambaru. Sejak saat itu, aku tahu ada residu energi yang harus diangkat dari tanah yang dinodai oleh keputusasaan. Pengalaman inilah yang menajamkan kemampuanku.

***

Hari ini, Aku datang ke rumah Risna di Medan, membawa kampil. Saat melangkah masuk, aku merasakan atmosfer yang sangat berat, mengingatkanku pada hari-hari kelam pasca-tragedi Titi Dorek. Energi itu adalah campuran duka dan sihir dingin yang menempel pada Risna.

Aku melihat Risna duduk di sofa, dijaga Diana. Wajah Risna pucat, tetapi di mata bengkaknya tersembunyi tekad yang mengerikan.

"Ini Kak Risna. Kak, ini temanku," Diana memperkenalkan kami.

Risna mengulurkan tangan. Begitu kulit kami bersentuhan, aku tahu ini bukan pertemuan biasa. Ada energi yang bergerak cepat, seperti arus di bawah sungai. Aku menarik napas panjang—getaran itu terasa asing dan rapuh sekaligus.

Risna sedang mengandung.

Aku menarik tangan perlahan, menatapnya dengan tenang.

Aku membuka kampil yang terbuat dari anyaman daun pandan duri.

Diana menatapku dengan bingung, tapi aku hanya memberi isyarat agar diam. Aku mengambil satu lembar daun sirih paling lebar, mengoleskan sedikit kapur sirih di tengahnya, menambahkan gambir dan sepotong kecil buah pinang.

Aku menggulung daun itu pelan-pelan, lalu memasukkannya ke mulut, mengunyah perlahan.

Rasa getirnya menusuk lidah, membakar ujung saraf, membuka pancaindra keenam yang selama ini tertutup rapat oleh logika.

“Diana, bisa tolong ambilkan kaleng kecil atau wadah logam, tempatku membuang sirih ini nanti.”

Diana bergegas, kembali membawa kaleng tua dari dapur dan melapisinya dengan plastik.

Lihat selengkapnya