La Ba'sa

Restu syndi yani
Chapter #2

Chapter#2

Terik matahari yang sudah berada di ubun-ubun kepala, sama sekali tak membuat mereka berpikir untuk menghentikan permainannya. Mereka tengah asyik di tengah lapangan dengan benang yang ada pada genggaman tangan masing-masing.

Beberapa menit kemudian, angin mulai berhembus sepoi-sepoi, membuat layangan yang berada di tangan Anan terbang lebih tinggi.

“Hei lihatlah kesana,” kata seseorang sambil menunjuk ke arahku.

“Anan kau hebat sekali, layanganmu terbang sangat tinggi sampai mengalahkan layangan kami.” Aku hanya tersenyum mendengar perkataan itu.

Setelah satu jam mereka bermain di lapangan, akhirnya mereka mengakhiri permainan. Mereka beteduh di bawah pohon yang sangat besar.

“Kayaknya besok-besok kita enggak bakal main bareng lagi deh,” kata anak yang duduk di sebelah kananku.

“Emang kamu mau ke mana?” tanyaku padanya.

“Orang tuaku menyuruhku untuk pindah dan tinggal bersama kakek dan nenek serta bersekolah di sana.”

“Jangan bersedih, kita akan tetap berteman sampai kita besar nanti,” kataku memberi semangat.

“Tapi aku sedih karena harus berpisah dari kalian,” keluhnya padaku dan Zein

“Ini hanya sementara. Aku yakin suatu saat nanti kita pasti ketemu lagi.” Sambil memegangi pundaknya.

“Ini sudah sore, ayo pulang,” ajakku pada kedua temanku karena sudah lelah bermain.

Aku dan kedua temanku pun pulang ke rumah masing masing. Di perjalanan, tersisa aku dan Jaizein, karena rumah kita searah. Indahnya senja di sore hari, dengan angin sejuk yang menerpa setiap helai rambut adalah pemandangan yang sangat indah.

“Nan, kamu sudah daftar sekolah?” tanya Zein padaku.

“Belum,” jawabku singkat.

“Lebih baik kamu cepat daftar. Ayahku bilang sebentar lagi pendaftaran sekolah akan ditutup.”

“Benarkah?” gumamku.

“Ouh. Nanti aku akan tanyakan pada ayah kapan aku akan didaftarkan sekolah,” ujarku pada Zein.

Lihat selengkapnya