La Ba'sa

Restu syndi yani
Chapter #29

Chapter #29

Keesokan harinya, ustaz Hammani sudah berada di rumah kiyai. Ia didampingi oleh ustazah Habibah, istrinya. Tujuan mereka adalah untuk berpamitan pada kiyai bahwa mereka akan pindah dan mengurus pesantren yang sudah mereka bangun.

“Menjadi kiyai itu mudah. Tapi, yang sulit itu menjadi hatinya kiyai. Siapa yang akan dipilih untuk menjadi orang perintis? Hati-hati dalam memilih orang! Karena, teman bisa menjadi masalah dalam perjalanan. Pesantren zaman sekarang harus memiliki fasilitas yang baik. Kamar mandi harus baik dan dikramik, karena jika tidak dipasang kramik akan terlihat kotor dan menjijikan.”

Habibah, pandai-pandai kamu dalam mendampingi suami. Bersyukur, bahwa suamimu adalah seorang pejuang. Dampingilah ia dengan ketekunan, kesabaran dan keuletan.” Itulah nasihat yang diberikan sebelum akhirnya ustaz Hammani dan ustazah Habibah pergi.

Pesantren yang dibangun untuk kepentingan umat dan agama ini telah diresmikan dan sudah ada beberapa santri yang mendaftar. Namun, tidak sebanyak di tempat yang dulu.

“Anan apa rencanamu setelah ini, apa kamu akan menetap di sini?”

“Anan mau selesaikan skripsi dan mengajar dulu di sini kak.”

***

Malam harinya, perasaanku sangat aneh. Entah aku harus senang atau bagaimana, setelah peresmian pesantren aku malah terpikir pada pesantren yang lama. Bukan pesantrennya yang aku ingat, tapi gadis pemilik pesantren itu yang belum bisa aku lupakan sampai sekarang.

Aku pasrahkan semua itu pada tuhan pemilik semesta. Aku hanya bisa berdoa dan meminta yang terbaik dari Nya.

Setelah sujud dan tahiyat akhir, akupun langsung meminta yang terbaik pada Allah.

Lihat selengkapnya