La Ba'sa

Restu syndi yani
Chapter #30

Chapter #30

Persiapan pernikahan Anan dan Yura berlangsung dengan penuh antusiasme dari kedua belah pihak keluarga. Anan, yang selalu sederhana dalam segala hal, merasa sedikit canggung dengan kemewahan yang diinginkan oleh keluarga Yura. Namun, demi kebahagiaan calon istrinya, Anan berusaha beradaptasi.

"Aku hanya ingin pernikahan kita menjadi momen yang berkesan, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk keluarga dan teman-teman," ujar Yura dengan senyum manisnya. Anan mengangguk, menyadari bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang mereka berdua, tapi juga tentang dua keluarga yang akan bersatu.

Satu minggu kemudian….

Hari pernikahan pun tiba, cuaca cerah seolah memberkati hari istimewa itu. Anan mengenakan baju adat yang membuatnya tampak gagah. Yura, dengan gaun putih yang anggun, berjalan menuju pelaminan dengan senyum yang menawan. Setiap langkah yang mereka ambil menuju altar terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Ketika kedua keluarga duduk bersama, terlihat kehangatan dan kebahagiaan di wajah mereka. Momen ini bukan hanya tentang Anan dan Yura, tetapi juga tentang penyatuan dua keluarga yang berbeda latar belakang namun dipertemukan oleh cinta.

“SAH!”

Ijab qobul telah selesai. Yura pun keluar dari kamarnya menggunakan kebaya putih, kepalanya yang tertutup dengan hijab ditambah riasan diatasnya, dengan make up yang menambah parasnya semakin menjadi-jadi. Langkahnya yang sangat anggun menghampiri laki laki yang kini sudah sah menjadi suaminya. Laki-laki yang ia kagumi sejak awal bertemu, laki laki yang selalu ia sebut dalam doa, kini telah menjadi iman halalnya.

Cincin indah yang dipasang secara bergantian, ditambah kecupan di kening Yura membuat suasana semakin ramai. Yura pun mencium pundak tangan yang kini sudah halal ia sentuh, seraya berkata dalam hatinya terima kasih Tuhan engkau telah menjawab doaku selama ini.

Nikmat yang Allah berikan sungguh sangat indah. Cinta itu seperti shalat tarawih, bukan pasal siapa yang dekat lebih dulu, melainkan siapa yang mampu bertahan sampai akhir, itulah Anan dan Yura.

Di sisi lain, Saida baru ingat dengan wanita yang menjenguknya dulu, dan baru paham dengan maksud darinya itu. Ternyata inilah jawabannya.

Setelah semua tamu pulang, Anan dan Yura duduk berdua di kamar pengantin mereka. Suasana tenang, hanya ada mereka berdua, sejenak mengabaikan dunia luar. Anan menggenggam tangan Yura dengan lembut.

"Terima kasih sudah memilihku menjadi bagian dari hidupmu," kata Anan dengan lembut. Yura tersenyum, "Dan terima kasih sudah menjadi suami yang selalu kuimpikan. Aku siap memulai hidup baru bersama, apapun yang akan terjadi." Malam itu, di bawah langit yang dipenuhi bintang, mereka memulai babak baru dalam kehidupan mereka sebagai suami istri, dengan cinta dan harapan yang tak terbatas.

Lihat selengkapnya