La Ba'sa

Restu syndi yani
Chapter #33

Chapter #33

Roman

Bermimpilah setinggi-tingginya dan kejarlah mimpimu, jangan menyerah hanya karena keadaan.

Aku dan kak Hammani begitupula Manahijussadat dengan Rosyada. Kami terlahir dari anak seorang petani yang hidup dengan segala kekurangan ekonomi. Namun, orangtua kami mengajarkan kami untuk selalau bersyukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan. Seiring berjalannya waktu, roda berputar seperti kehidupan, kadang kita harus merasakan kesulitan dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, maka kenikmatan akan datang dengan sendirinya. Oleh karena itu, bersabarlah dalam menghadapinya dan terus optimis jangan menyerah dan jangan sekali-kali ragu.

Tanah Datar menjadi saksi kelahiranku, menjadi bukti nyata akan kehidupan yang berlika-liku, yang telah kulalui selama ini, menjadi anak yang dewasa sebelum waktunya.

Menjadi santri yang jauh berbeda dengan yang lain. Berbeda dari segi materi, tak pernah mengubah niat awalku untuk menghentikan pendidikan, bahkan dengan perbedaan itu membuatku semakin kuat dan tegar untuk menjalaninya dengan penuh keuletan, kesabaran dan keikhlasan.

Perbedaan dalam segi materi tak akan menentukan kesuksesan manusia, namun perbedaan dalam segi usaha dan tekad yang kuat, itulah yang menentukan kesuksesan hidup seseorang.

Itulah AZAM, tekad kuat dari seseorang yang biasa, namun bisa merubah nasib dan kehidupannya.



(Masjid ponpes Daarul Ihsan)

Masjid ini merupakan salah satu bangunan di sebuah desa, yang masih berdiri kokoh dan menjadi sejarah dimana saat itu Anan merasa dirinya diperilakukan dengan sangat tidak manusiawi oleh mereka yang memandang dirinya sebelah mata.

Pesantren ini sekarang telah mati tidak ada yang meneruskan lagi, karena kurangnya kepercayaan terhadap orang – orang yang berusaha untuk membangun pesantren tersebut.

Lihat selengkapnya