“Kak, selius mau antar aku ke rumah?” tanya Hery saat ini mereka berdua sedang menunggu angkotan umum, begitu mendapati angkota umum berhenti dihadapan mereka, Ravyna langsung menuntun Hery masuk ke dalam sebelum kemudian dia sendiri menyusul masuk.
“Iya lah, kamu masih kecil. Nggak boleh di biarin sendirian. Nanti kalau ada penculik yang nyulik kamu kan bahaya.”
Hery tersenyum lebar, “Makasih, kakak baik.”
Ravyna tersenyum lembut, mengelus rambut Hery yang berwarna coklat madu dan terasa lembut saat tangannya menyentuh rambut anak itu.
“Nanti kamu kasih arahan sama kakak yah, biar tahu di mana rumah kamu.”
“Oke kak.”
Ravyna benar-benar di buat kagum dengan daya ingat Hery yang begitu tajam dan kuat, untuk anak seusianya mengingat jalur rumah setelah dia berpergian cukup jauh dari lokasi rumahnya itu benar-benar lumayan sulit bahkan mustahil untuk beberapa anak, meski tak Ravyna pungkiri bahwa daya anak memang terkadang ada yang tajam dan kuat seperti Hery contohnya.
“Nah akhilnya kita sampai di rumahku!” pekik Hery girang begitu dia dan Ravyna sampai di depan gerbang besar. Di mana sebuah rumah megah dan mewah berdiri kokoh di balik gerbang itu.
“Kamu yakin ini rumah kamu?” tanya Ravyna benar-benar tak percaya dengan penglihatannya, jika Hery tinggal di rumah besar itu artinya dia anak orang kaya, tapi kenapa bawa duitnya sedikit? Pikir Ravyna.
Mengedikan bahunya acuh Ravyna lantas memencet bel yang ada di sebelah pagar, tak lama kemudian seorang penjaga datang dengan tergopong-gopong dan membuka pagarnya.
Si penjaga berkumis tebal dan kepala setengah pelontos itu membelalak lebar saat melihat majikan mudanya tengah menyengir lebar padanya dengan wajah polos seakan dia tak melakukan kesalahan apa pun, padahal dengan keputusannya yang pergi ke luar dari rumah, sang abang langsung murka dan menyuruh belasan pengawal untuk mencari si tuan muda yang mendadak hilang tanpa jejak. Tapi kini si tuan muda Hery kembali pulang dengan wajah yang terlihat berseri-seri.
“Hallo pak Imud, kenapa bengong?”
Pak Imudin yang tersadar langsung meraih tuan mudanya, “Aden kenapa keluar dari rumah, kamu tahu nggak abang tadi marah besar bahkan sampai memarahi para penjaga dan pelayan dan nyuruh kita semua untuk mencari aden yang mendadak hilang,” kata pak Imudin dengan cepat.
Raut wajah Hery yang semula kelihatan bahagia seketika berubah muram dan nampak merasa bersalah.
“Abang malah? Telus abang mana?”