Jalanan di kota saat ini sedang ramai, Deo sedang tergesa karena sekarang sudah pukul tujuh. Ia terlambat tiga puluh menit!
“Sialan. Lampu merah lagi.” Umpat Deo. Ia sudah panik dengan keterlambatannya, ini semua karena nobar marathon bersama kakaknya. “Anjir, lama amat.”
Ia harus menunggu sepuluh detik lagi. Tiba-tiba motornya mati lalu ia mencoba menyalakan lagi dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Lampu lalu lintas sudah berubah warna menjadi hijau dan motornya belum menyala. Kendaraan dibelakangnya membunyikan klaksonnya membuat kepala Deo seperti ingin pecah. “Berisik banget!”
“Woi minggir, gue mau lewat!” teriak pria muda di motor ninjanya. “Itu lewat sebelah kan bisa! Gak usah bawel deh lo, motor gue mogok nih!”
“Dih bodo amat.” Ucap pria itu lalu melewati Deo dan motornya. Deo menghentakkan kakinya kesal. Ia meminggirkan motornya ke trotoar, takut mengganggu pengendara lainnya. Deo mulai menyalakan lagi motornya tapi tidak bisa menyala sampai percobaan kelimanya. Ia pasrah lalu duduk di pinggir trotoar sambil menyeka keringatnya dan berharap ada orang baik hati yang ingin membantunya.
“Naik.” Suara bariton itu mengejutkan Deo. Deo memandang heran saat orang itu mengulurkan tangannya. “Bangun.”
Deo cepat-cepat menyingkirkan tangan itu dari hadapannya. “Gue gak butuh.”
“Ck, cewek sombong.”
“Ngapain lo disini? Mau ngajak ribut, hah?” sinis Deo. Pria itu adalah pria yang tadi meneriakinya dipinggir jalan.
“Dih. Yaudah gak jadi gue kasih tumpangan.” Ucap pria itu sambil menyalakan kembali mesin motornya. Ketika pria itu ingin melajukan motornya, Deo menghadangnya. “Ngapain lo? Cewek Sombong.” Sinis pria itu.
“Gue bukan cewek sombong ya!” ujar Deo lalu naik ke motor pria tersebut. “Buru jalan!”
“Dikata gue kang ojek. Turun lo gak sopan amat!”
Deo memukul helm pria itu. “Heh, tadi kan lo mau nolong gue!”
“Minta yang baik dan sopan!” tegas pria itu dalam helmnya. “Kakak yang baik hati, tolong antar aku ya ke SMA Gemilang. Aku udah telat 40 menit nih.”
Setelah mengucapkan kalimat itu. Pria itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Menyalip kendaraan yang ada. Sebelum pria itu datang Deo sudah menelepon ayahnya dan meminta tolong untuk mengambil motornya di trotoar dekat supermarket itu. Sepuluh menit berlalu mereka sampai di SMA Gemilang. Deo langsung turun dari motor tersebut lalu berlari tanpa mengucapkan terima kasih.
“Ck. Selain sombong, dia juga gak tau diri.” Ujar pria itu lalu melajukan motornya kembali.
***
“Tulang gue auto copot kalo dihukum terus.” Deo merenggangkan tulang-tulangnya. Karena keterlambatan di pagi hari ia harus menyelesaikan semua hukuman yang diberi Bu Ratna. “Lulus dari sini bisa jadi asisten rumah tangga nih gue.”
Sekarang ia sedang berada dikantin membeli minuman. Ia sedang malas masuk ke kelas karena ada pr dan tentu saja Deo belum mengerjakannya. Lebih baik ia bolos sampai pelajaran tersebut selesai daripada harus dihukum lagi. Deo mengingat pria itu lalu ia menepuk pelan keningnya. “Anjir, gue lupa bilang makasih. Ah yaudah lah, lagian bakal gak ketemu lagi.”