Indah rasanya membayangkan menjadi Fleur En Rose. Gadis manis dengan rambut lurus berwarna hitam kecoklatan serta gummy smile yang membuat siapa saja bisa jatuh cinta dengannya apalagi kaum adam.
Fleur En Rose yang berarti Bunga dalam warna merah muda dari bahasa Perancis, atau seorang anak yang terlahir dalam sebuah cinta, ahhh sungguh indah bukan namanya?
Hidupnya sudah enak dari lahir, Rose tumbuh di keluarga Kusuma dan Wijaya. Keluarga yang terkenal karena kekayaannya. Sifatnya yang ramah dan murah senyum membuat siapa saja selalu memuji dirinya. Termasuk ibu-ibu tetangga yang selalu membandingkan anaknya dengan Rose.
"Kau lihat anak gadis keluarga Kusuma itu? Dia rajin, murah senyum! Tidak seperti kau! Di suruh kewarung sebentar langsung merengut!" tunjuk seorang ibu pada anaknya yang sedang tiduran di teras rumah sambil memperhatikan Rose yang sedang berolahraga.
"Dia kan anak orang kaya mak. Ramah, rajin, murah senyum itu biasa karena hidupnya enak. Coba kalo aku mak, aku senyum-senyum dengan mamak, mamak bilang sakit jiwa pulak!" jawab anak gadis itu sambil fokus pada ponselnya.
"Nahhh! Melawan pulak! Ku masukan lagi kau kedalam perut!" Si ibu memukul kepala anak gadisnya sambil menjewer telinganya.
Rose memang selalu berolahraga setiap pagi dan sore hari, itu sebabnya tubuhnya mempunyai bentuk sempurna. Umurnya akan menginjak 17 tahun seminggu lagi, tak terasa. Ia meminta di sweet seventeen nya nanti, orang-orang selalu menyayangi nya.
Apapun yang Rose minta selalu di berikan oleh kedua orang tuanya, seperti pada saat ulang tahunya yang ke 14 kemarin, ia meminta liburan ke 3 negara sekaligus dan orang tuanya menyetujuinya.
"Rose!! Kesini deh!" Panggilan itu membuat Rose menolehkan kepalanya. Terlihat kedua orang tuanya yang tengah berkutat dengan 2 buah koper.
"Loh! Momy sama Popy mau kemana?" tanya Rose bingung.
Sang ibu mengajak Rose untuk duduk di kursi teras.
"Momy sama Popy mau ke luar negeri selama 2 minggu sayang." ucap Ibu Rose.
"Haaa! 2 minggu?" Rose menatap kedua orang tuanya sedih, padahal seminggu lagi ulang tahunya yang ke 17 tapi kedua orangtuanya malah pergi.
"Tapi kan, ulang tahun Rose seminggu lagi! Masa Momy sama Popy mau pergi?!" tanya Rose kesal, kedua orang tuanya saling tatap.
"Rose, Momy sama Popy udah selalu nemenin kamu pas ulang tahun dulu kan? Sekarang Momy sama Popy ada hal penting yang harus di urus sayang!" jelas Ibu Rose."Tapi kan ini sweet seventeen nya Rose Mom!" rajuk Rose.
"Rose, dengar! Popy udah siapin kejutan istimewa banget buat Rose. Nanti kalo ulang tahun Rose juga kita bisa video call kan?" jelas ayah Rose sambil mengusap lembut rambut anaknya.
Rose menghembuskan napas kasar, ia melihat sekeliling tak mau melihat ke arah kedua orang tuanya lagi.
"Rose?" panggil ibunya.
Rose mengangguk sambil tersenyum terpaksa, orang tuanya selalu mengabulkan seluruh keinginannya. Ia tak mungkin egois untuk menginginkan orang tuanya selalu ada di dekatnya, mereka juga punya urusan yang lebih penting darinya bukan? Tapi, apa urusan yang lebih penting dari putri mereka ini?
"Tapi janji ya, pas ulang tahun Rose ponselnya harus aktif!" ucap Rose sambil menunjuk kedua orang tuanya dengan serius. Ayah dan ibunya mengangguk lalu memeluk Rose.
Setelah berpamitan orang tua Rose masuk kedalam mobil, mobil perlahan keluar dari garasi. Rose diam mematung dengan senyum terpaksa, tangannya melambai mengantar kepergian orang tuanya.
"Bi! Rose jogging muterin komplek ya!" Rose menyembulkan kepalanya di balik pintu, lalu menutup pintu tanpa menunggu jawaban dari yang di dalam.
Rose memasang airpods miliknya lalu mulai berlari mengelilingi komplek.