La Vie En Rose

deliaafebri
Chapter #9

08 - Menjauh

🥀🥀🥀

Berita meninggalnya kedua orang tua Rose sudah beredar seantero sekolah. Ada yang memandangnya kasihan, mengucapkan bela sungkawa, bahkan ada juga yang bertepuk tangan karena terpuruknya dirinya.

Rose berjalan sendirian menuju kelasnya, hampir 8 hari ia tidak masuk sekolah karena meliburkan diri. Begitu sampai di kelas, hanya Cintya dan Bella yang mengucapkan bela sungkawa sedangkan yang lainya memilih tidak perduli dengan kehidupannya, tapi Rose tak ambil pusing dengan itu sekarang makin kesini toh makin terlihat siapa yang tulus dan tidak.

Rose memandang bangku kosong di sebelahnya lalu memilih menenggelamkan wajahnya ke dalam tangannya.

Tentang Noval, lelaki itu masuk ke kelas 12 IPA 3. Rose dan Noval memang terpaut 1 tahun. Tapi belum seminggu di sini lelaki itu mengeluarkan sifat aslinya yang begitu tempramental. Rose sampai di panggil kesekolah untuk mewakili bibinya karena Noval berkelahi dengan adik kelas yang mencibir dirinya.

"Rosee!! Si bule buat ulah lagi noh! Dia gelut sama si Tristan!" mendengar nama Tristan Rose mendongakkan kepalanya cepat.

"Gery!!! Mereka dimana?" Rose berlari kearah Gery.

"Di koridor deket ruang BK. Gue gak abis pikir sama sodara lo, berantem di deket ruang BK. Enak banget dong Bu Titin nangkepnya! Tapi gak papa uji nya-- yee! si Mawar!" Gery menatap Rose dengan kesal sambil mengikutinya.

Rose berlari dengan tergesa-gesa, sweater pink nya nampak bergerak kesana-kemari ketika gadis itu berlari.

Ia melihat kerumunan orang-orang sudah berada disana. Rose segera menerobos masuk dan mendapati sepupu juga kekasihnya itu tengah baku hantam.

Rose melihat Athala dan Matthew yang hanya diam menyender pada dinding.

Mereka berdua hanya memandangi pergulatan itu dengan malas.

"Lala, Matt!!! Lo berdua ngapain si diem aja!! Bantuin pisahin dong!!!!!" Rose berteriak dengan nyaring membuat beberapa orang disana menutup telinga mereka.

"Aelah! Males gue, tuh orang kalo gak puas berantemnya ngajakin gue gelut jadi. Udah biarin dulu war. Entar juga kalo udah bosen berhenti sendiri." ucap Athala cuek sambil melihat-lihat kukunya. Rose menatapnya dengan tatapan memohon ia tak ingin kekasihnya itu di panggil bu Titin gara-gara berkelahi, kalo sepupunya itu si terserah di keluarkan juga tak apa.

Athala tak mengindahkan tatapan Rose, akhirnya si pendiam Matthew turun tangan.

"Udah turutin, kasian tuh anak yatim, piatu lagi! Udah gak ada emaknya gak ada surga dia kasian!" Matthew menepuk bahu Athala pelan.

"Dasar bego! Gak ada akhlak lo kaya fizi!" ucap Athala sambil menoyor kepala Matthew.

Athala menarik baju Tristan dengan kasar lalu memukul kepala lelaki itu. Sedangkan Noval berdiri sambil membenarkan kerah bajunya.

"Diem dulu! Gue bisikin!" Athala membisikan sesuatu ke telinga Tristan. 

Entah mantra apa yang dibisikkan oleh Athala, Tristan langsung berjalan ke arah Rose dan membawanya pergi dari kerumunan itu.

"Lo bisikin apa?" tanya Matthew penasaran.

Athala tersenyum senang sambil mengancakkan 3 lembar uang berwarna merah.

"Biasa kelemahanya dia, satu kata doang dia langsung lengah duit dia melayang!" ucap Athala sambil membolak-balik uang itu.

"Ck-ck-ck! Nyokap-bokap lo orang baek-baek loh padahal! Gue rasa lo anak pungut deh! Soalnya jiwa malingnya kentel banget ...kek kecap! Kesian gue sama orang tua lo mungut anak, anak maling pulak!" ucap Matthew sambil bersedekap tangan.

"Yeeeeee! Anak dajjal! Tuh lidah pengen gue potong deh rasanya! Gak ada akhlak banget kalo ngomong!" Athala menoyor kepala Matthew kesal.

"Baperan ente!"

"Ana baperan? Sorry! Ana Uhibbuka fillah!"

"Dih lesbi lo tai! Najis!!"

Grasak-grusuk terdengar dari arah berlawanan dari Athala dan Matthew, mereka menengok dan mendapati dua orang lelaki berlari ke arah mereka.

Si lelaki berambut agak keriting celingak-celinguk melihat sekeliling.

"Lampekk! Datang awak bubar kalean!! Setan!"

"Yee...Ngegas lo anjing!"

🥀🥀🥀

Rose mengobati luka di pelipis Tristan dengan hati-hati. Rose dan Tristan sama-sama bolos di jam pelajaran pertama mungkin sampai jam kedua. Kini mereka tengah duduk di ranjang UKS dengan Tristan yang berbaring di paha Rose.

"Kok aku gak tahu kamu punya sepupu?" Tristan berbicara sambil menatap wajah Rose.

"Emang kamu nanya?" bukannya menjawab Rose malah balik bertanya sambil tersenyum jahil.

"Itu tadi aku nanya." jawab Tristan enteng.

"Sepupuku cuma dia doang si. Males aku ngakuinya terlalu angkuh sama dingin, kamu tau laa aku paling males berhadapan sama cowok-cowok sok dingin." Kepala Rose bergerak kesana-kemari untuk mencari keberadaan luka Tristan yang lain.

Tristan bangun dari baringnya, ia menatap mata Rose dengan lekat ada rasa tak mau kehilangan disana.

Lihat selengkapnya