Iya ada atau tidaknya, mereka tidak berubah menjadi serigala. Tapi seandainya manusia serigala itu ada, yang ada hanyalah manusia yang memiliki hati serigala, tapi badannya manusia biasa.
Malam itu rumahnya ramai. Amak, Inak, Papuk Mame, Papuk Nine[1], Kakaq[2]-nya, Bayazid, kedua ariq[3]nya, Junaidi dan Fatmala. Tidak hanya mereka. Hadir pula sanak saudara yang lain. Mereka semua berkumpul di ruang tengah.
Sementara itu, ia diam di kamar. Asyik dengan dunia lamunannya sendiri. Di dalam kamarnya, terdapat foto pesepak bola Fransesco Totti. Dalam lamunannya, ia ingin menjadi pesepak bola seperti Totti. Dan klub kebanggaannya, AS. Roma, ia selalu mengelu-elukan tim itu.
Amaknya juga merupakan pecinta sepak bola. Beberapa malam yang lalu, ia pernah bertanya kepada amaknya mengenai logo klub AS. Roma. Ia penasaran dengan dua bocah lelaki yang berada di bawah perut serigala, tampaknya sedang menyusu.
Ayahnya berkata, “Kedua bocah itu adalah Romulus dan Remus, yang menggambarkan legenda berdirinya Kota Roma.”
“Lalu serigala itu?”
“Ia adalah pengasuhnya. Kedua anak itu disusui olehnya, serigala betina.”
“Apakah mereka berdua itu warewolf?”
“Apa itu warewolf?”
“Manusia serigala.”
“Bukan menurutku. Mereka adalah anak dari seorang raja yang diasuh oleh serigala betina sampai mereka dewasa. Ketika dewasa kedua anak ini tahu bahwa mereka adalah anak dari seorang raja, mereka membunuh adik ayahnya. Alih-alih menunggu dewasa utuk menjadikannya sebagai raja, eh mereka malah memangun sebuah kota baru. Remus menginginkan di suatu kota sedangkan Romulus menginginkan kota yang lain. akhirnya mereka pun bertarung dan Remus kalah. Akhirnya mereka bersepakat untuk mendirikan Kota Roma.”
“Jadi, mereka bukan manusia serigala?”
“Bukan, dan tidak ada yang namanya manusia serigala. Itu hanya dongeng.”
“Tapi, aku percaya kok Amak, kalau manusia serigala itu ada.”
“Iya ada atau tidaknya, mereka tidak berubah menjadi serigala. Tapi seandainya manusia serigala itu ada, yang ada hanyalah manusia yang memiliki hati serigala, tapi badannya manusia biasa.”
Di malam itu, Janubi yang catatannya adalah seorang anak, tentu tidak memahami kiasan itu. Ia lebih mempercayai bahwa manusia serigala itu ada. Ia berangan-angan suatu saat nanti dapat bertarung dengan manusia serigala dan ia adalah pemenangnya.
Dan amakya akan menjadi rivalnya. Amaknya yang juga pecinta sepak bola tahu banyak mengenai AS. Roma bukan karena ayahnya adalah seorang I Giallorossi, suporter AS. Roma. Melainkan, ayahnya adalah seorang I Bianconerri, supporter Juventus. Rivalitas itu hanya ada dalam dunia suporter sepak bola tentunya.
Di dunia nyata, ia hanya ingin menjadi yang terkuat. Dan malam itu saat ia melamun menatap foto Fransesco Totti di kamarnya, hadirlah keponakannya, Kakaq Hasanuddin. Kakaknya saat itu sedang membawa sebuah kamera. Mendatanginya dan duduk di dekatnya.
Hasan adalah seorang fotografer pernikahan dan acara-acara hajatan. Ia baru datang dan akan menginap di rumah itu setelah menyerahkan foto-foto pernikahan tadi sore ke studio.
“Nggak makan Jan?” tanya Hasan padanya.