Labirin Kosmos: Janubi & Syamali

Faiz el Faza
Chapter #25

Coban Rondo

Ini hanyalah permaian. Tapi pemenangnya ditentukan dari kekuatan hati. Dan pada akhirnya, tidak ada yang akan menang.

Janubi berjalan tanpa arah, namun memiliki tujuan. Siapa yang dapat memiliki arah di taman sesat? Tetapi tujuannya adalah untuk menemukan kekasihnya di dalam. Ia terus berjalan dan berjalan. Ia berpapasan dengan berbagai macam orang di sana. Ada banyak melihat tawa dan keceriaan dalam rimbun dinding-dinding taman.

Sementara itu, Syamali berjalan tergesa-gesa ketika bertemu jalan yang bercabang-cabang, bersekat-sekat dan berzig-zag-zig-zag. Ia bingung apakah ia harus berjalan ke depan? Apakah ke kiri atau ke kanan? Ia tidak tahu. Satu hal yang ia yakini, ia harus menemukan Janubi.

Ia melihat seorang wanita cantik dan seorang wanita tampan yang sedang berjalan ke arahnya. Wanita itu memakai baju merah sedangkan si lelaki memakai baju biru. Ia mendengar mereka membicarakan tentang weekend.

Dan ia mendengar si lelaki berkata dalam hati, “Aku akan mengajak kamu ke sini lagi untuk yang ke tiga kali.”

Ternyata di dalam sana tidak hanya pemuda-pemudi yang dilanda kabut asmara. Buktinya, ia berpapasan dengan seorang pasangan suami istri yang sudah sama-sama menua. Ia tersenyum kepada mereka. Mereka akhirnya sadar kalau ia memberikan seuntai senyuman. Wanita tua berbaju batik itu membalas senyumnya. Sementara si lelaki tua berbaju batik model safari itu menatapnya hangat.

“Kamu ingat dulu awal pertama kali PDKT, aku mengajakmu ke sini,” kata si lelaki.

“Tentu aku ingat.”

Kedua pasangan suami istri itu berlalu. Ia merasa ada yang spesial dari perpapasan itu. Mereka adalah pasangan yang sudah membuktikan kekuatan cinta mereka. Tidak ada lagi api asmara, karena semua sudah terbakar di masa muda, kemudian habis di masa-masa perjuangan membangun mahligai rumah tangga.

DERTTT- DERTTT- DERTTT

Janubi merasakan ponselnya bergetar di saku dada. Ia lekas mengambilnya. Ada sebuah panggilan dari Mama. “Iya Ma,” jawabnya.

“Assalamualaikum Jan.”

“Oh iya, waalaikumsalam Ma.”

Le ada pesanan yang datang. Ini jaket-jaket, warna biru, logonya bulet.”

Ia mengingat ada pesanan yang diberikan pada sahabatnya, Najib, yang kuliah sambil bekerja membuka jasa jahit dan dititipkan kepadanya untuk dikirim ke tempat SMA-nya dulu. “Oh, iya Bu makasih infonya,” jawabnya.

Ia menunggu Mama menjawab. Di sela menunggu, ia melihat dua orang muda-mudi yang berhenti di depannya. Ia melihat perempuan berjaket hijau muda itu tampak kesal. Sementara si lelaki berkemeja kotak-kotak dengan wajah kearab-araban tampak gelisah dan serba salah.

“Jan,” dengarnya.

“Iya Ma.”

“Kamu hari ini pulang jam berapa?”

“Em … insaallah malam.”

“Jam?”

“Jam?”

“Iya, jam berapa?”

“Pokoknya habis isya.”

“Ya wes.”

“Kenapa Ma?”

“Mama masak kerang hari ini.”

Seorang ibu yang membawa seorang anak berjalan di depannya, melewati sejoli di depannya. Anak itu kira-kira masih TK. Dan ia mendengar anak itu bertanya pada ibu itu, “Bu, aku nanti makan apa?”

“Kesukaanmu, Nak.”

“Ikan Nemo.”

“Iya ikan Nemo bumbu kare.”

Lihat selengkapnya