Jam pelajaran terakhir hari ini telah usai. Aku cepat mengemaskan buku-buku milikku yang bertaburan di atas meja, yang selalu berantakan tiap kali pelajaran berlangsung. Terkadang aku kesal pada diriku sendiri yang sering melakukan kebiasaan buruk seperti itu.
Setelah selesai memasukkannya ke dalam tas, aku melangkahkan kaki keluar kelas. Hari ini aku mau pergi ke toko buku yang tak jauh dari sekolah. Dari kemarin aku berniat untuk membeli novel atau majalah remaja yang berisi berita tentang selebritis. Aku suka sekali menghabiskan waktu luang dengan membaca, kalau lagi tak ada kerjaan di rumah.
Saat sedang asyik berjalan sendirian, ada sebuah sepeda motor biru melewatiku. Motor itu tiba-tiba berhenti pada jarak sekitar empat meter di depanku. Dan, orang yang mengendarainya menoleh ke belakang.
“Irena!”
Aku menghentikan langkah dan memandangi orang yang memanggilku tersebut, yang tak lain adalah Ardiyat. Aku tahu itu dia karena sempat melihat motornya pas dia melewatiku tadi.
“Kamu mau pulang?” tanyanya.
“Iya, tapi... aku mau ke... toko buku dulu. Mau beli novel,” jawabku dengan sedikit gugup, soalnya tidak menyangka bakalan bertemu dengannya di jalan, apalagi sampai disapa olehnya.
“Oh ya? Kebetulan nih aku lagi nggak ada buat di rumah. Boleh dong ikut ke toko buku juga buat beli buku tambahan,” kata Ardiyat seolah kepada dirinya sendiri. Dia lalu melihat jam tangannya hitamnya untuk melihat jam berapa, kemudian kembali mengarahkan pandangan nya padaku,“Yuk, naiklah. Kita pergi sama-sama aja.”
Berhubung sepertinya dia orang yang asyik, aku langsung memutuskan pergi dengannya. Karena siapa tahu aku bisa menjadi teman dekatnya. Lagian, aku kan memang suka dengannya. Jadi, ini adalah kesempatan yang bagus agar bisa lebih dekat dengannya. Begitu yang ada di pikiranku sekarang.
Dengan agak sedikit malu-malu, aku pun naik ke atas motornya.
Di sepanjang perjalanan yang dilalui, hatiku berasa tidak karuan. Karena aku sedang berada di boncengan seorang cowok yang tampan, manis, pintar dan... baik hati lagi! Bisa dibayangin nggak seperti apa perasaanku sekarang? Tentulah sangat bahagia!
Aku memegangi punggungnya sedikit erat, saat motor yang dikendarainya melaju kencang di sepanjang jalan ini.
***
Berapa saat lamanya, akhirnya kami berdua tiba di tempat tujuan. Kami langsung masuk ke dalam toko buku tersebut. Ardiyat berjalan menuju ke bagian yang menjual buku pelajaran untuk anak SMA. Aku yang tadinya hendak beli komik dan novel jadi mengurungkan niatku. Aku ingin ikut dia saja, hehe. Ini seperti mencari kesempatan dalam kesempitan.
“Loh, nggak jadi beli novel?” tanyanya keheranan saat melihatku berjalan di sampingnya.
“Lain kali saja deh. Kayaknya aku mau beli buku pelajaran juga.”
“Ayok kalau gitu!” dia mengajakku mengikutinya.