"Sejauh apapun kita berpisah... aku berharap kau akan selalu mengingatku.”
Rintik hujan di luar sudah mulai reda. Terdengar suara kicauan burung-burung kecil yang hinggap di atas pohon dekat jendela kamarku. Aku menyibak tirai jendela untuk melihat keadaan di luar setelah diguyuri hujan. Terlihat mentari yang kembali muncul di kala senja, setelah ditutupi oleh awan mendung sejak pagi.
Jendela kamarku ini tepat berada di depan meja belajar. Sehingga aku bisa duduk sambil melihat pemandangan di luar sana.
Saat tengah duduk, aku mencoba membuka laci meja untuk mengambil sebuah album foto milikku yang berisi foto-foto kenangan semasa SMA. Setelah memandangi album itu beberapa saat, aku lalu membukanya lembar demi lembar.
Ada foto saat aku bersama Caca, Winda, Shila, Erik dan juga teman-teman yang lainnya. Ada juga foto kami beramai-ramai pada hari kelulusan sekolah.
Tetapi, terasa ada yang hampa dalam foto tersebut, karena tidak ada potret Ardiyat di sana. Padahal aku sangat menginginkan bisa berfoto bersamanya di hari kelulusan.
Aku kembali membuka lembaran lainnya pada album foto tersebut. Ada foto saat kami berkemah ke Malang. Foto itu diambil Ardiyat menggunakan kamera miliknya. Dia sempat memberiku beberapa foto yang telah dicetaknya, setelah beberapa hari kepulangan kami dari sana. Kata dia sih itu buat kenang-kenangan.
Akhirnya, kutemukan foto yang terdapat potret dirinya yang sedang bersama kami. Kupandangi potret itu agak lama. Terlihat dia melototkan kedua matanya yang sipit itu lebar-lebar hingga jadi bulat dan tidak tampak sipit lagi. Aku tersenyum pahit melihatnya. Dia sungguh tampan dan manis.
Kini sudah lebih dari lima tahun berlalu semenjak kami lulus dari SMANUS. Dan, selama itu pula aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Aku berharap semoga dia masih mengingatku. Aku juga berharap kami bisa bertemu lagi, meskipun itu hanyalah sebuah angan yang mungkin takkan pernah terwujud.
Terkadang, muncul rasa rindu kepadanya. Dan, untuk melampiaskan rasa rindu itu, aku biasanya menuliskan sesuatu di buku harianku. Aku menulis kata-kata apa saja yang bisa membuatku terhibur, seperti yang hendak kulakukan sekarang ini. Setelah selesai melihat album foto, aku langsung mengambil buku harianku di dalam laci dan melihat sebentar kenangan yang pernah kutuliskan di masa lalu. Setelah itu aku lalu menuliskan sebuah puisi.
MENGENANGMU
Aku berjalan di atas tanah yang dibasahi oleh hujan deras yang turun tadi sore...
Dalam gelap dan sunyinya malam yang dingin,
Kususuri jalanan ini sendirian
Pikiranku melayang saat berada di jalan ini...
Aku mengenang kembali saat diriku pertama kali ditakdirkan bertemu denganmu
Sejak saat itu, aku selalu diam-diam memandangimu, tiap kali aku melihat kehadiranmu
Dalam hatiku mengatakan, “Mengapa menyukaimu begitu sulit?”