Sambil berbaring santai di atas ranjang, Gya membaca percakapan grup Whatsapp Driver Pasteur. Kadang terdengar tawa kecil tertahan dari mulutnya karena pesan-pesan konyol di sana. Sesekali kedua jempol perempuan itu menari lincah di layar ponsel. Candaan para laki-laki yang kadang masih menggoda Gya, sekarang lebih mudah diatasi karena Dina sudah kembali aktif di grup. Ia pun lebih leluasa berkomentar setelah kopdar dan menjenguk Dina tadi siang. Sambutan perempuan itu yang ramah membuat Gya merasa punya teman yang bisa diajak berkolaborasi membalas candaan-candaan tersebut.
Gya senang melihat wajah Dina yang semringah menyambut kedatangannya dan beberapa teman-teman Driver Pasteur di rumah mungil sederhana itu. Senyum Dina tidak pernah lepas selama mereka di sana, walaupun wajah lembut yang berbalut kerudung instan hitam tampak masih agak pucat dan gerakannya terlihat lemah. Percakapan lebih tenang dan sopan tidak seperti di grup dan saat kopdar tadi. Selain karena mereka sungkan khawatir mengganggu keluarga Dina, salah satu biang ribut, Farhan, tidak bisa ikut menjenguk. Laki-laki itu batal ikut karena istrinya menelepon berkabar mulai merasakan kontraksi. Memang menurut Farhan hari perkiraan lahir anak keduanya sudah dekat.
Sewaktu pertama kali melihat Dina masuk ke ruang tamu, Gya sempat terkejut tidak menyangka teman perempuannya itu berkerudung. Dina seperti Gya, tidak memasang foto diri di profil akun Whatsapp mereka. Gya selalu kagum kepada perempuan yang sudah bisa menetapkan hatinya untuk berhijab. Makin kagum saat tahu temannya itu sudah berkerudung sejak SMA. Membayangkan dirinya harus melepaskan pakaian favorit yaitu kaus oblong dan jins, serta membalut tubuh rapat kecuali muka dan telapak tangan, rasanya ia belum sanggup.
Ketika para lelaki meminta izin keluar rumah untuk merokok, percakapannya dengan Dina makin intens. Gya terkesan dengan cara perempuan itu merespons perkataannya. Belum pernah sebelumnya ia merasa senyaman itu berbincang dengan teman perempuan selain Mala. Bahkan Gya tidak hanya merasa menemukan pengganti Mala. Ia seolah-olah menemukan kakak perempuan yang tidak pernah dimiliki sehingga banyak cerita mengalir begitu saja dari mulutnya. Tentu saja diluar cerita tentang keluarga dan peristiwa menyakitkan dengan teman SMA-nya. Kiara? Secara biologis saudara kandung, tetapi tidak untuk pertemanan. Dada Gya sesaat menyempit sebelum memutuskan memperbesar nama Dina di benaknya menutupi nama sang adik. Benaknya melanjutkan pemutaran peristiwa di rumah teman perempuan Driver Pasteur itu.
Mereka leluasa berbincang cukup lama karena Satria yang awalnya tetap tinggal di ruang tamu, akhirnya menyusul yang lain ke luar rumah. Bisa jadi laki-laki itu kurang nyaman mendengar obrolan mereka karena makin menjurus ke wilayah khusus perempuan. Gya tersenyum mengingat tingkah Satria yang terlihat canggung saat mereka bertiga masih berada di ruang tamu. Nama laki-laki itu pun menguasai pikirannya menyingkirkan Dina. Ia jadi ingat kecanggungan yang sama saat memulai percakapan dengan laki-laki itu di Warung Semar sewaktu mereka ditinggal berdua.
“Kamu suka cokelat?" Setelah Gya mempersilakan Satria berbicara duluan, terlontar pertanyaan tersebut dari laki-laki itu.
Gya mengangguk sembari menatap Satria dengan mata bertanya-tanya. Hey, dia perhatian sama kamu, Gya. Tapi, tahu dari mana? Hati kecilnya menginterupsi. Hush! Jangan ge-er atuh. Dengar dulu kelanjutannya. Hati Besarnya kembali menghardik.
"Aku baca tentang itu di grup." Satria seolah tahu apa yang bergumul di dada perempuan di sampingnya. "Terus tadi, kamu juga pesannya es krim cokelat."
Gya mafhum dan menunggu, tetapi tidak terdengar kata-kata lagi dari mulut Satria. Pemuda itu malah mengambil ponsel dari saku jaketnya. Satria tampak mengetikkan sesuatu di layarnya. Kening Gya agak berkerut dan sedikit kecewa. Mulutnya membuka hampir mengucapkan, “Sudah, itu saja, Kang?” ketika laki-laki itu menoleh ke arahnya.
“Kenapa suka cokelat, Gya?”
Mulut Gya terkatup lagi. Ia tidak pernah memikirkan alasan menyukai penganan itu. Seingatnya, cokelat sudah menjadi makanan dan minuman kesukaan sejak kecil. Tapi, tunggu. Mamah pernah bercerita, saat kecil ia hanya mau meminum susu cokelat setelah disapih. Bisa jadi Gya kecil protes terlalu cepat disapih. Kiara keburu lahir sebelum usianya genap satu tahun. Masih kata Mamah, Gya juga rewel di usia itu. Hanya mau minum susu cokelat yang dibuatkan beliau. Ia berhenti berulah dan mau minum susu yang dibuatkan pengasuh setelah suatu hari Mamah mendaratkan cubitan di pahanya. Gya menarik napas panjang. Kadang-kadang ia melihat kilasan-kilasan peristiwa tersebut di kepalanya. Mungkin itu hanya ilusi saja. Namun, ia merasa seperti pernah benar-benar mengalami. Ia tahu Mamah tidak bermaksud menyakitinya kala itu. Beliau sempat menyampaikan permintaan maaf untuk perlakuan tersebut. Yang Gya tidak mengerti, kilasan peristiwa tersebut tidak bisa enyah dari benaknya.
“Kenapa, Gya?”
Gya sedikit tersentak. Kenangan masa kecilnya membuyar. Pelan, ia menjawab, “Kenapa, ya? Enggak tahu juga kenapa. Mungkin, karena sejak kecil cuma bisa minum susu cokelat. Tapi, sekarang mah, setiap habis minum cokelat, hati jadi lebih enak. Maksudnya kalau lagi sedih, berkurang sedihnya. Badan juga terasa lebih segar. Atau, itu cuma perasaanku saja kali, ya Kang.”
“Cokelat itu mirip kopi, Gya. Dua-duanya bisa diseduh dan nikmat saat kita teguk. Dua-duanya juga mengandung kafein, walaupun kandungan di cokelat tidak sebanyak kopi. Tapi, cokelat tetap bisa memberi energi. Makanya badanmu jadi terasa lebih segar setelah mengkonsumsi cokelat.” Satria berjeda sejenak. “Cokelat dan kopi juga sama-sama bisa memberi efek bahagia karena memicu terbentuknya hormon dopamine dan serotonin.”
“Hormon apa?” Mata besar Gya makin membulat.
“Dopamine dan serotonin. Dua hormon itu menyebabkan kita merasa bahagia, Gya. Makanya setelah makan atau minum cokelat, hatimu jadi lebih enak. Kalau sedih jadi berkurang bahkan bisa hilang.”
Mulut Gya ikut membulat. Ia tidak akan lupa semua penjelasan Satria barusan. Cokelat itu mirip kopi, membuatnya berenergi sekaligus menenangkan hati. Penjelasan yang sangat dibutuhkan. Karena akhir-akhir ini, hatinya kerap terguncang. Benaknya mencatat baik-baik. Jika hati terguncang lagi, makan atau minum cokelat saja.