LACAK JEJAK MALA

Puspa Kirana
Chapter #15

Melacak

Gya mengembuskan napas perlahan setelah bercerita peristiwa usaha penculikan tadi pagi kepada teman-teman Driver Pasteur. Ia berusaha meredakan detak jantung yang terasa lebih cepat dan tangannya yang meremas-remas ujung kaus agak gemetaran karena mengingat peristiwa itu. Dada yang tadi menghangat, sedikit membeku. Hati pun kembali menciut. Tak sadar ia melirik Satria tepat saat laki-laki berkacamata itu menatapnya. Satria melempar senyum. Gya membalas tipis. Mata ramah laki-laki itu seolah berucap, “Tenang, Gya. Kita sama-sama pecahkan masalah ini.” yang mencairkan sebagian kebekuan dada.

Ciutan hati Gya berkurang ketika ia merasa mendengar nada khawatir di suara laki-laki itu ketika mengatakan, “Guys, kita perlu ngontak Mala. Secepatnya. Dia harus tahu Gya hampir diculik gara-gara disangka Mala. Gya enggak aman selama kita belum bisa kontak Mala.”

Satria baru melepas tatapan ke arah gadis di hadapannya saat Aqila bersuara, “Pasti gara-gara mereka berdua mirip dan sekarang Gya pakai mobil Mala. Aku setuju, kita perlu sesegera mungkin mengontak Mala.”

“Iya, Qi. Aku pikir juga begitu. Kita kontak dia sekarang saja.” Satria kembali menatap Gya seraya mempersiapkan ponselnya. “Gya, aku atau kamu yang mau ngontak Mala?”

“Nomornya enggak aktif. Sebelum ke sini, aku sempat coba kontak dia.” Suara Bhanu mendahului gadis itu. “Tapi aku setuju, kita harus bicara sama dia. Kalau benar dia jadi target penculikan, berarti ada masalah. Dan sepertinya bukan masalah kecil karena sampai pakai preman segala. Kita … mmm … aku akan bantu dia kalau ternyata benar bermasalah.”

Mendengar Bhanu mengatakan itu dengan nada cemas, Gya jadi ikut cemas. Tak terpikirkan sebelumnya usaha penculikan tadi menandakan sahabat SMA-nya itu bermasalah. Ia terlalu sibuk meredakan ketakutannya. “Bukan cuma kamu yang pengin bantu kalau Mala punya masalah, Nu. Aku juga. Tapi, gimana cara kita ngontak dia kalau nomornya enggak aktif?”

“Sebentar, aku coba kontak dia lagi.” Bhanu menempelkan ponsel ke telinga setelah memijit satu nomor. Semua terdiam memperhatikan laki-laki itu. Tak lama, Bhanu menggeleng. “Enggak aktif.”

“Ada yang punya nomor kontak Mala selain yang ada di grup DP (Driver Pasteur)?” Satria mencoba menemukan solusi. Sayangnya, tidak satu pun yang menjawab “punya”.

“Gimana kalau kita tanya ke orang rumahnya, Sat?” Farhan angkat bicara.

Semua setuju. Karena hanya Bhanu yang menyimpan nomor telepon rumah Mala, maka ia menempelkan ponselnya lagi ke telinga. Namun, walaupun Bhanu menghubungi beberapa kali nomor itu, tetapi tidak ada satu pun yang diangkat. Ia menatap Satria. “Kita ke sana saja, Sat? Ke rumahnya.”

“Kamu tahu alamatnya, Nu?” Satria balas bertanya.

Bhanu mengangguk.

“Aku setuju. Kita ke rumah Mala. Selain aku dan Bhanu, siapa lagi yang ikut ke sana? Gya?”

Gya tidak perlu berpikir panjang untuk setuju ajakan Satria. Ia yang mengalami usaha penculikan, maka gadis itu merasa paling berkepentingan menemui sahabat SMA-nya itu. Selain ingin terbebas dari kejaran para penculik, ia juga merasa perlu tahu alasan para penculik menginginkan Mala. Apa yang ia katakan kepada Bhanu bukan sekadar bermanis mulut. Gya benar-benar ingin membantu sahabatnya itu jika bermasalah. Kemarin, Mala langsung bersedia membantu menghindarkan dari perjodohan Mama walaupun mereka lama tidak berjumpa. Gya ingin membalasnya

"Yang lain gimana? Ada yang mau ikut juga?” Satria menatap satu per satu teman-teman lain.

Aqila dan Dina mengatakan kesediaannya. Sementara Taufan dan Farhan minta izin untuk melanjutkan on bid. Keempat teman lain mengerti. Kebutuhan hidup keduanya lebih besar karena sudah berkeluarga dan sumber pendapatan hanya dari taksi online.

Lihat selengkapnya