♪ ♪ ♪
Setelah insiden siram-siraman air di kantin tadi, Regi menarik tangan Adel lalu membawanya kembali ke kelas.
"Besok-besok nggak usah di ladenin, bisa?" Regi berucap seraya duduk disamping bangku yang ditempati Adel sekarang.
Adel menggeleng. "Kebiasaan Gi, ini bukan pertama kalinya dia kaya gini ke aku. Kalo di diemin malah makin merdeka."
Regi mengusap wajahnya kemudian menatap Adel tepat di manik matanya.
"Kamu nggak jijik liat kelakuan dia yang terus-terusan ngejar kamu?" tanya Adel.
Regi menggeleng pelan. "Dia cuma gabut kali."
"Tapi kamu nggak nyaman kan? Lain kali bisakan kamu kasih dia peringatan. Dia kaya gini udah dari kelas 10 dan sampe sekarang masih aja begitu, murahan banget, 11 12 sama ma—"
"Stt...iya kapan-kapan gue peringatin." Regi memotong ucapan Adel ketika melihat beberapa teman nya masuk ke dalam kelas.
"Bang Regi, ada titipan." Nando, adik kelas nya datang membawa ponsel Regi, pemuda itu sedikit terkejut, dia bahkan tidak sadar jika ia meninggalkan benda itu.
"Disuruh Bang Rendy." Nando menyerahkan benda pipih itu kepemilikannya.
"Thanks, Rendy nya kemana?" Regi mengambil alih ponselnya.
"Mau nganterin Bang Rey dulu katanya. Nggak tau kemana. Gue ke kelas dulu ya bang." Regi mengangguk sekilas lalu beralih memainkan ponselnya.
Regi sedikit terkesiap saat kepala Adel tiba-tiba bersandar di bahunya. Bukan untuk pertama kalinya namun menurut Regi dia masih tidak terbiasa dengan sikap Adel, mengingat bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman. Tidak lebih.
♪ ♪ ♪
Bel masuk sudah berbunyi, Niana tidak ada di kelas. Gadis itu meminta tolong kepada ketua kelas nya agar mengatakan kepada guru yang akan mengajar bahwa ia sedang tidak enak badan dan harus beristirahat di UKS.
David, sang ketua kelas tahu bahwa itu hanya akal-akalan Niana saja agar bisa bolos di pelajaran PKN, namun karena malas mendengar rengekan tidak jelas dari mulut gadis itu ditambah tampang Niana yang minta di tampol, mau tak mau David mengizinkan.
Disinilah Niana sekarang, UKS. Gadis itu tiduran di atas bangkar, matanya menatap langit-langit ruangan serba putih itu.
Dia lelah, bukan fisik namun batin nya.