♪ ♪ ♪
Pukul 2 dini hari Regi terpaksa harus terbangun dari tidur nyenyak nya karena mendengar suara keributan di lantai bawah.
Pemuda yang kini tengah memakai baju putih polos berlengan pendek yang memperlihatkan sedikit bisepnya, dipadu dengan celana jeans panjang berwarna hitam itu berjalan sedikit gontai saat menuruni anak tangga.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Sinta, Mama nya, menampar laki-laki yang kerap ia panggil Papa.
Regi mengernyit tak mengerti kenapa Sinta bisa terlihat semarah itu sekarang, dia masih diam ditempat tak berniat mendekat karena dia pikir ini bukan waktu nya ikut campur.
"KAMU TEGA PA! KAMU BOHONG KE AKU DAN REGI! KAMU BILANG HARI INI ADA MEETING DADAKAN PADAHAL KENYATAANNYA KAMU PERGI DENGAN WANITA INI? KAMU KETERLALUAN!!" Sinta menatap wanita yang bersembunyi di balik punggung suami nya itu dengan amarah yang meluap-luap.
"KAMU MARIA! APA TUJUAN KAMU MENGGODA SUAMI SAYA? KAMU NGGAK CUKUP REBUT MAS HASAN DARI SAYA DAN SEKARANG SETELAH MAS HASAN PERGI KAMU KEMBALI UNTUK MEREBUT SUAMI SAYA? DASAR WANITA MURAHAN! DARI DULU KAMU SELALU BEGITU! TIDAK TAHU MALU! TIDAK PUNYA PERASAAN!! KAPAN KAMU SADAR!!!"
Ferdinand, Ayah Regi dengan sigap menjauhkan Sinta saat wanita itu hendak memukul Maria.
Regi mengerutkan keningnya saat melihat wanita yang sedari tadi ditunjuk-tunjuk oleh Mama nya.
Detik selanjutnya pemuda itu mengepalkan tangan saat segelintir ingatan kembali berputar di otaknya, dia tahu siapa wanita yang di sebut Sinta sebagai selingkuhan Ayah nya itu.
Tanpa ba-bi-bu Regi langsung pergi keluar rumah, bahkan ia tak mempedulikan panggilan dari Ferdinand.
Regi menyalakan mesin mobil nya lalu tancap gas meninggalkan pekarangan rumahnya.
Pemuda itu terlihat kecewa dengan kalakuan Ayah nya, dia tidak menyangka bahwa laki-laki yang terlihat baik dan selalu menjadi panutan nya itu malah melukai perasaan Ibu nya.
Regi mengerem secara mendadak saat melihat lampu lalu lintas berganti warna menjadi merah.
"Anjing!" Regi mengumpat.
Pemuda itu mengusap wajahnya kasar, pikirannya sedikit terganggu saat sekelebat wajah seorang gadis yang sedang tersenyum muncul di ingatannya.
Pemuda itu tersenyum sinis, kemudian kembali melesat membelah jalanan ibu kota saat lampu sudah berubah warna menjadi hijau.
'Setelah ini lo bakal lupa gimana caranya senyum.'
♪ ♪ ♪
Niana mengucek matanya saat alarm pada ponsel nya berbunyi. Pukul 05.00.
Niana bangun lalu meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.
Dia membuka aplikasi berwarna hijau lalu mulai mengetikan pesan untuk seseorang di seberang sana.
Gadis itu terkekeh saat tangannya bergerak ke atas membaca ulang pesan-pesan yang sudah di kirim nya hampir setiap hari namun tidak pernah mendapat balasan dari orang itu.
Saat hendak keluar dari aplikasi itu matanya dibuat melotot saat melihat ada satu notifikasi pesan masuk di layar.
Jantung nya tiba-tiba berdetak kencang, mulutnya dibiarkan manggap saat dia membuka pesan itu, detik selanjutnya gadis itu langsung melempar ponsel nya ke sembarang arah.
Niana mengambil selimut yang langsung di gunakan untuk membungkus tubuh nya. Begitulah caranya mengekpresikan kesenangan nya.
Niana Azzura :
Good morning, Regi:)
Regi Eksaputra :
Morning too, Na.
♪ ♪ ♪
Niana sampai di sekolah 15 menit sebelum bel masuk berbunyi, saat ini dirinya sedang berjalan dengan anggun menyusuri koridor sekolah.
"Nia, lo cacingan?" tanya Budi, Kakak tingkat nya yang sedang bersandar di pintu kelas sambil menatap Niana dengan ekspresi konyol.
"Lagi cantik, Kak." jawab Niana lalu tersenyum lebar, gadis itu melanjutkan jalannya sesekali dirinya menyapa beberapa teman-teman nya yang kebetulan melintas di hadapannya.
Dia tidak peduli mau itu adik kelas, teman seangkatan, atau bahkan kakak kelasnya yang tidak ia ketahui namanya. Intinya hari ini dirinya sedang kelewat ramah.
Setibanya di depan pintu kelas, Niana merapikan rambut nya yang sengaja ia biarkan tergerai hari ini.
Gadis itu membasahi bibir bawahnya sejenak lalu tangannya beralih memegang kenop pintu dan membuka pintu secara perlahan.