♪ ♪ ♪
Niana memasuki kamar dengan keadaan seperti sebelumnya, masih menangis.
Gadis yang masih menggunakan seragam lengkap khas SMA itu melempar tas kesembarang tempat sebelum akhirnya merebahkan tubuh di atas kasur.
Niana memandangi langit-langit kamar nya dengan perasaan campur aduk, dia tidak bisa tidur jika sudah seperti ini, semua kata-kata yang Regi lontarkan di UKS tadi masih terngiang jelas di ingatannya.
Ia bangkit dari posisi sebelumnya ketikkan rasa lapar di perutnya mulai menghantui.
Niana menuruni anak tangga dengan langkah berat, air matanya sudah tidak turun lagi namun dada nya masih terasa sesak.
Ia membuka tudung nasi yang ada di atas meja makan, kosong. Selalu seperti ini, Ibu nya tidak pernah mau memasak untuk dirinya lagi semenjak kepergian Ayah nya, jangankan memasak, berkomunikasi pun mereka jarang.
Menurut Niana, Maria terlalu sibuk dalam bekerja, kadang Niana melihat Maria keluar rumah jam 7 malam dan pulang jam 2 siang, entah apa pekerjaan Ibu nya, dia tidak tahu, dan Maria pun enggan memberi tahu.
Jika Niana bertanya Maria hanya akan memberikan ocehan panjang lebar untuk nya.
Bukan ocehan yang mendidik tapi lebih tepat nya menjatuhkan. Ya, begitulah Ibu nya.
Hingga pada akhirnya, belakangan ini rumor mengenai Ibu nya yang bekerja sebagai wanita malam mulai terdengar oleh beberapa teman sekolahnya.
Berita itu bersumber dari teman seangkatan nya, Aneela, yang kata nya sudah 3 kali melihat Ibu Niana pergi bersama laki-laki yang berbeda dan Aneela juga mengaku tak sengaja melihat Ibu Niana masuk ke sebuah club.
Mulai dari situ lah teman-teman nya mulai meneror Niana dengan kata-kata ejekan yang selalu di kirim via pesan.
Niana tidak tahu siapa pengirimnya, tapi yang jelas dia juga tidak akan percaya begitu saja jika belum ada bukti kuat yang menunjukkan.
Namun sudah beberapa hari ini dia ingin sekali bertanya pada Ibu nya, dan seperti nya hari ini dia akan menanyakan hal itu.
Maria membuka pintu dengan penampilan yang lumayan kacau, rambutnya terurai sedikit berantakan, baju nya terlihat sedikit lusuh, dan wajah Ibu nya itu terlihat sedikit memar di bagian pipi kiri nya.
Maria duduk di seberang Niana, wanita itu menatap anak perempuan nya sekilas, sebelum membuka mulut.
"Ambilin Mama minum, cepat!"
Niana mengangguk lalu memenuhi permintaan Ibu nya.
Gadis itu meletakkan gelas berisi air putih di hadapan Maria, kemudian ikut duduk di samping sang Ibu.
"Mama dari mana?"
Tak ada jawaban.
"Mah, Niana pengen tanya sesuatu sama Mama." mata nya mulai memanas saat Ibu nya terlihat bangkit dari tempat duduk tanpa melirik sekilas ke arahnya.
"Kata temen-temen di sekolah aku, Mama itu kerjanya nggak bener. Mama suka pergi bareng suami orang. Itu nggak bener kan Ma?"
Maria menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Niana dengan tatapan tak suka.
Maria menghampiri Niana kemudian detik selanjutnya menarik rambut putri nya sampai membuat si pemilik rambut meringis kesakitan.
"Kamu pikir kalo Mama nggak kerja kaya gitu kamu mau makan pake apa? Mau sekolah pake uang siapa? Bisa kamu hidup tanpa uang? Ga bisa kan? Makanya diem aja!" Maria berteriak histeris.