Lady Bug

AdityoWahyu
Chapter #1

1. Mata Empat Tampan

Semua orang punya mimpi. Apa mimpimu? Kalau Vivi punya mimpi ingin menjadi penulis novel yang dikenal banyak orang. 

Bagaimana caramu menggapai impian? Semua orang punya cara tersendiri. Walau demikian semua tergantung restu dari Sang Pencipta, juga keberuntungan. Dan beginilah cara Vivi menggapai impian, semua bermula dari hari itu, di mana menjadi hari spesial baginya ....

*

Sesekali Vivi mengamati sekitar. Beberapa pengunjung tengah memilih buku di jajaran rak buku yang tertata rapi dalam toko buku. Di salah satu rak spesial nampak dua penjaga toko berapron berdiri di depan sana menjaga sesuatu. Tepat di sisi kanan rak terdapat spanduk dengan tulisan 'Toko Buku Ogah-Mas Spesial Sale. Buku Kejora Part Tiga'.

Buku itu yang membuat orang-orang sampai rela datang pagi, seri terakhir dari novel seri trilogi best seller yang ditulis oleh Anis, seorang author muda.

Vivi kembali fokus ke laptop. Gadis berpakaian kaos longgar dan celana jenas panjang itu mengetik sesuatu sampai tak sadar jika seorang gadis berkerudung di sebelah sembari tadi mengintip apa yang ia kerjakan.

Sasa menegur, "Ngapain, Vi?"

"Menulis."

"Menulis tuh di buku, kalau di laptop namanya mengetik, Oneng. Lagian nggak ada tugas apa-apa dari Dosen terus kamu ngetik apa?"

Karena tak mendapat jawaban Sasa kembali mengintip layar laptop, kali ini membaca apa yang sahabatnya ketik.

"Widih, menulis novel."

Vivi melirik sebentar ke arah gadis itu lalu kembali ke laptop. "Katanya tadi kalau di laptop mengetik, kok malah ngomong menulis novel, plinplan. Lagian apaan sih, kepo banget. Dah sana, baca-baca buku aja, jangan ganggu orang."

"Eleh, tulisan sampah aja somse. Aku juga menulis novel di aplikasi itu."

"Engak tanya." 

Sasa hendak menganiaya ringan Vivi, tapi urung karena kehadiran Mimi, gadis semampai berpakaian kemeja panjang tak dikancing.

"Aneh," sela Mimi, melerai dengan ucapannya, duduk di antara kedua sahabat. "Penulis novel jaman sekarang kan kebanyakan mengetik naskah, kok mereka masih dipanggil penulis? Harusnya kan pengetik."

Sasa menghadiahi lirikan poker face untuk sahabatnya itu.

Mimi dan Sasa, keduanya sahabat baik Vivi. Mereka bertiga sedang duduk-duduk santai di karpet baca dalam toko buku. Sama seperti kebanyakan pengunjung, mereka menanti novel best seller. Walau rak penuh buku Kejora part tiga, tapi untuk membeli mereka harus memenuhi jadwal release buku, yaitu pukul sebelas siang.

Vivi memperhatikan Sasa di sebelahnya yang tak henti-henti ceramah tentang dunia kepenulisan. Dia memang suka menulis, katanya sendiri sering mengirim naskah ke penerbit, entah hasilnya, ia tak cerita sampai bagian itu.

"Sa," tegur Vivi. "kalau menulis di aplikasi ini, bagaimana biar banyak yang baca?"

Pertanyaan itu membuat Sasa menyudahi kultumnya. "Promosi lah. Kasarannya, walau produsen ice cream terkenal, ketika mau menjual ice cream jenis baru, juga promosi dulu, kan?"

"Caranya?"

"Banyak caranya. Ah kamu nih noob banget. Di aplikasi baca tulis online kita bisa promo ke wall orang maksimal sepuluh kali dalam sehari. Lumayan kan?"

Satu alis Vivi jatuh. "Lah, itu namanya spam, dong." 

"Ya emang, tapi bodo amat. Dari pada enggak ada yang tau tentang novelmu, kan--"

Suara tepuk tangan membuat ketiga gadis menoleh ke arah rak buku novel Kejora. Seorang pelayan toko buku berapron dengan tulisan OgahMas berdiri di depan rak buku, membuat kerumunan diam memperhatikan apa yang akan dia katakan.

"Sesuai jadwal, novel Kejora akan dijual hari ini, lima menit lagi. Bagi kalian yang ingin membeli harap antre, ya. Aturannya sama seperti ketika Kejora part dua terbit, tidak boleh mewakili atau diwakili. Antrian harus mengikuti garis kuning di lantai."

Semua orang beranjak membuat antrian sesuai petunjuk dari pemuda tadi.

Lihat selengkapnya