Lady Lavender and Lord Fire

Inzati Istaniyah
Chapter #8

Chapter #8 "SPRING FLOWERS'

BAB SPRING FLOWERS

 

Dari pagi Ates sudah menyibukkan diri dengan mengerjakan pekerjaannya. Mensortir beberapa email yang masuk, ada yang harus dibalas, ada pula yang langsung diabaikan. Menjadi salah satu korator di galeri seni membuat dia harus lebih jeli dalam memilih beberapa karya untuk sebuah festival. Ates melihat satu persatu hasil fotografi dari peserta yang akan di masukkan dalam pameran yang sudah dirancang. Hasil kerja sama dengan perusahaan swasta dan komunitas.

Sesekali Ates melihat ponselnya mengecek pesan yang, dia juga sudah memberikan kabar pada Arga, bahwa rencananya kembali ke DC akan tertunda sampai acara ulang tahun Maminya. Arga jelas sangat kaget, saat bertemu di rumah sakit, Ates terlihat jelas sangat ingin segera kembali ke DC, dia menelpon Ates begitu mendengar kabar tersebut.

“Kok aku nggak yakin ya, itu alasanmu satu-satunya. Birthday Party?” Arga mengulang kalimat Ates.

Ates bisa mendengar suara temannya dengan jelas, jemarinya masih asik dengan kursor dan laptopnya. “Iya, aku juga mau ngundang kamu. Dateng ya… nanti aku kabari lagi lokasi sama waktunya.”

“Kamu ngapain sekarang? Ada dimana?” masih merasa sangsi, Arga balik bertanya pada Ates.

“Di rumah.”

“Serius?” Arga kembali bertanya, heran sekaligus tidak percaya. Dia tahu betul Ates lebih merasa kerasan berada jauh dari rumah, tapi sekarang, Ates terdengar sangat nyaman.

begitu selesai berbicara dengan Arga dan menutup sambungan ponselnya. Ates kembali dengan pekerjaannya. Beberapa kali turun ke bawah untuk mengambil cemilan dan minum, sesekali mengambil nafas dari balkon kamar. Kemudian kembali lagi menghadap pekerjaaannya yang menunggu dan harus mulai dia kerjakan dari sini.

Hingga menjelang sore hari dan ia teringat janjinya hari ini bertemu dengan Rani. Kali ini Helena membiarkan Ates pergi tanpa banyak pertanyaan, dia lebih heran melihat Ates bersedia tinggal lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya, Helena tidak mau merusak suasana hati Ates. ini sebuah perubahan bagi Helena. Dari pada banyak bertanya, lebih baik menikmatinya dulu.

Ates beberapa kali terlihat melihat jam tangannya, dia berharap tidak telat sedangkan dia masih terjebak macet di jalan. Hari ini dia sudah berjanji bertemu denga Rani. Entahlah, tapi hari ini Ates merasa lebih gugup dari biasanya. Dia juga baru menerima pesan dari Nana yang mengkonfirmasi status hubungan Rani. Ates melirik sekali lagi jam tangannya dan memandang kedepan jalan dan mulai mendengus kesal, jelas dia akan terlambat, jelas dia akan membuat Rani menunggu. Ates menyesal tidak berangkat dari awal.

Sore ini Ates bersama Rani memutuskan bertemu di tempat selain di rumah sakit, mereka berdua menghabiskan waktu di salah satu pusat perbelanjaan. Rani juga menyempatkan diri berbelanja beberapa bahan makanan di supermarket, Ates mengikutinya dari belakang sambil membantu mendorong trolli belanja. Rani yang mangamati Ates dari sudut matanya, selalu kagum dengan dengah hal dilakukannya. Di bahkan tidak segan mendorong trolli belanja. Memang bukan hal yang jarang dilakukan seorang pria, tapi Ates terlihat sangat__sangat menikmatinya. Dan siapapun yang berjalan dengannya saat itu seolah tertular merasa bahagia.

Ates yang datang dengan Kaos oblong abu-abu dengan celana kargo warna abu tua, terlihat sangat simpel. Dan meskipun begitu, tidak mengurangi ketampanannya. Terutama bagian matanya. Semakin dilihat, siapapun akan semakin menyukainya. Ates memiliki mata yang besar, menjorok ke dalam, alis tebal dan bulu mata yang panjang. Tatapannya bukan tatapan yang menghunus dengan tajam bagai pedang, tapi model tatapan yang menenangkan. Kepribadiannya pun tidak kalah ramah. Ates bukan tipe pria yang keren, cool dan irit bicara, yang apabila dia banyak bicara seolah mengurangi tingkat kemachoannya. Dia justru sangat mudah mencari obyek pembicaraan dan menjadi menyenangkan tanpa mengurangi kadar kekerenannya tadi. Tapi bukan membicarakan orang lain, itu juga penting.

“Jadi kamu hobi masak juga?” Tanya Ates memperhatikan belanjaan Rani yang lebih dominan bahan makanan.

“Tetep ibuku yang mendominasi urusan dapur, aku bantuin belanja aja.”

Ates mencoba menunjukkan kemampuannya. “Kapan-kapan aku masakin, gini-gini aku bisa masak juga lho!” Tinggal lama di luar negeri juga mengajarkan Ates bagaimana cara mengolah bahan makanan.

“Serius, ok aku tunggu ya.” Rani menyahut ringan.

Ates teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Rani, pada hari itu, Rani membawa kue keruangan Nana, dia sempat mengira itu buatan tangan Rani. “Kue yang kapan hari kamu kasih buat Nana itu, jadi buatan siapa?”

“Oh, itu buatan temenku, dia juga jualan… oh iya, kapan kapan aku bawain lagi.” Rani malu-malu menjelaskan, dia tau. Ates pasti mengira kue itu adalah buatannya.

“Nggak usah, biar aku beli aja.” Ujar Ates menenangkan.

Lihat selengkapnya