Lady Maria

Vaaste
Chapter #1

Prolog

11.30 PM

Seorang wanita berpakaian serba hitam berjalan di jalan setapak menuju sebuah gudang tak terpakai yang terletak di pinggir sungai. Bibir merah tipisnya terus menyunggingkan senyum, sedangkan burung-burung di pepohonan tahu bahwa senyum itu bukanlah suatu pertanda baik.

Tangannya menggapai kenop pintu sambil bersenandung. Sesekali dia terkekeh geli, membayangkan segala pikiran aneh yang mulai menggelayut di otaknya. Kira-kira, apa yang akan dia lakukan selanjutnya, ya? Membunuh gadis itu, atau menguliti dia hidup-hidup, lalu memasak dagingnya dan dijadikan bakso nan lezat?

Pandangnya terarah ke atas, tepat saat bulan purnama berwarna kuning tengah berpijar di antara awan gelap dan bintang. Senyum tipisnya kembali terlukis di bibir tersebut. "Oh, Bulan, kekasihku. Kali ini, kau mau melihat kematian seseorang dengan cara apalagi? Menancapkan pisau tumpul di tubuhnya? Membakarnya? Atau menguliti dan meneteskan jeruk nipis di daging merahnya? Oh pasti seru sekali mendengarkan pekikan kesakitannya!" katanya penuh semangat.

Kemudian wanita itu memutar kenop pintu dan mendorongnya. Dari tempatnya berdiri, wanita tersebut dapat melihat sesosok gadis tak berdaya yang terduduk lemas di atas kursi. Gadis itu tampaknya tertidur, tetapi siapa pun pasti tahu kalau sebenarnya dia 'dipaksa' tidur oleh wanita berpakaian hitam itu.

"Ah .... Nirmala sayangku, akhirnya aku mendapatkanmu," kata wanita itu. Dia bergegas menghampiri tubih mungil tersebut, lalu meraba-raba wajah lelapnya. "Bahkan Tuanmu itu takluk di hadapanmu, meskipun dia telah berusia lanjut dan memiliki banyak istri. Astaga, betapa jijiknya saat aku melihat bibir ranummu dicium oleh Tua Bangka itu," lanjutnya.

Wanita itu merogoh kantung bagian belakang celana jinsnya dan mengeluarkan sebuah alat untuk memahat kayu. Entah apa yang akan dilakukan wanita itu kepada sang gadis, hanya Tuhan saja yang tahu.

"Tenang, Nirmala," Si wanita terkekeh penuh misterius. Wanita itu pun menempelkan ujung alat tajam itu ke pipi mulus sang gadis dan menggosok-gosoknya. "Istri pertama dari Tua Bangka yang kau goda itu telah menceritakan spesifiknya. Dia ingin kau dibunuh secara perlahan dan menyakitkan. Namun melihat wajah cantikmu saat tidur, aku jadi tidak tega," rayunya.

Lihat selengkapnya