Seorang gadis berkucir kuda terlihat berjalan tergopoh, sebelah tangannya terangkat memegang sebuah ponsel yang menempel di telinga kanannya. Dia tampak kesulitan karena harus memeriksa tas di waktu yang bersamaan.
“Iya, Ma, iya. Agatha udah bawa, kok bekalnya,” ujar gadis berseragam putih abu-abu itu pada lawan bicaranya di seberang.
Tangannya masih saja sibuk tenggelam dalam tas ransel berwarna putih miliknya. Kini rambut panjang yang terurai menutupi sebagian wajahnya, kaki jenjang itu masih terus melangkah, hingga tanpa sadar dia menabrak tiang bendera dan membuat tubuh itu terpental cukup jauh.
Tas ranselnya terjatuh, begitu pula dengan ponsel yang sejak tadi dia letakkan di impitan telinga dan pundaknya. Semua bernasib sama yakni berakhir di paving halaman sekolah. Agatha memekik kesal dan segera memungut barang-barangnya yang berserakan, dengan cepat dia memasukkan semua buku-bukunya ke tas ransel, beruntung tak ada yang menyaksikan kejadian konyol itu.
Matanya mendelik kala mendapati layar ponsel yang harus mengalami keretakan. Sial sekali dia hari ini, setelah berdebat panjang dengan ibunya, kini dia kembali ditakdirkan bernasib buruk. Gadis itu berlari menuju kelas X Bahasa-1 karena tidak ditemukan, sampai matanya sudah lelah mencari kelas yang akan menjadi tempatnya belajar itu.
“Kak, permisi, kelas X Bahasa-1 di mana, ya, Kak?” tanyanya lembut pada siswa lain yang dia temui di sekitar sana.
“Lo lurus aja entar juga ketemu, kok,” jawab kakak kelasnya itu dengan nada tak bersahabat.
Belum sempat mengucapkan terima kasih, kakak kelas yang ditanya tadi sudah melenggang pergi. "Huh dasar! Emang, ya, yang namanya kakak kelas itu nggak pernah ramah sama adek kelas baru," racaunya sendirian.
Meski sempat terjadi aksi umpat-mengumpat, kini akhirnya Agatha—gadis berambut panjang yang memiliki kecantikan di atas rata-rata itu—bisa bergabung dengan teman-teman barunya di kelas yang juga baru baginya.
Ya, ini hari pertama baginya menjadi bagian dari siswa berseragam putih abu-abu. Dia meletakkan tas di sandaran kursi yang didudukinya, lalu merapikan sedikit poninya yang sudah berantakan. Kepalanya menoleh, menampilkan lekuk leher yang dalam.
“Gue Agatha. Lo?” sapanya mengangkat tangan kanan pada teman sebangkunya.
“Hay, gue Oca,” jawab gadis bermata cokelat di sampingnya.
Mereka bersalaman lalu saling melempar senyum perkenalan, hingga akhirnya kehadiran seseorang membuat jabatan tangan mereka terlepas. Seorang wanita berpakaian rapi dengan hiasan jepit bunga kamboja di rambutnya. Suara sepatu yang menggema, membuat ruang kelas itu berisik hanya karena langkah Heni—seorang guru—yang memasuki kelas. Dengan senyuman bangga dia menyapa seluruh anak didik barunya.
“Selamat pagi, selamat datang di SMA Delta,” sapanya ramah. “Perkenalkan nama saya Heni Handayani kalian bisa panggil saya Bu Heni.” Demikian perkenalan singkat dari wanita itu.
•••
Hari pertama yang cukup berkesan, sejauh ini tidak ada yang perlu dipermasalahkan bagi Agatha. Dari arah pintu gerbang Delta, ratusan siswa berhamburan keluar. Entah itu dengan kendaraannya sendiri atau yang berdiri santai menunggu jemputan mereka datang.