“Tha, udah belom?” Suara Oca yang mengarah pada desakan itu terdengar sangat mengganggu. Agatha yang sedang merapikan barang-barang di lokernya, kini mulai jengah mendengarnya.
“Bentar, Ca!” ujar Agatha meminta kelonggaran waktu.
“Lama amet, sih!” kesal Oca, dia memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. “Tha, entar kita telat.”
Akhirnya Agatha memilih menutup loker nomor tujuh belas miliknya dan segera berjalan menyusul Oca yang sudah berlalu lebih dulu. Sementara dari balik dinding, sebuah mata tajam sedang menatap menjurus.
Setelah pemiliknya pergi, loker nomor tujuh belas itu menjadi incaran laki-laki yang sejak tadi memerhatikan dari balik dinding. Seringainya mulai tampak, kala mendapati loker itu ternyata lupa dikunci oleh pemiliknya.
Tangan nakal itu lincah mengobrak-abrik isi di dalam loker tersebut. “Agatha Veronica Lubis, akhirnya gue tau nama lo,” gumamnya bangga karena telah menemukan apa yang dia cari.
Baru saja dia ingin menutup loker itu, tetapi matanya tak sengaja menemukan sebuah buku bersampul foto gadis cantik. Dia tahu, itu semacam buku diary.
•••
Di tengah lapangan, dengan panas yang teramat sangat. Agatha berlari kecil mengejar bola yang kini berada di bawah kekuasaan Indah. Indah terus menggiring bola itu hingga mendekati gawang. Baru saja dia ingin menendangnya, tiba-tiba Oca datang merebut bola itu.
“Oca, awas lo!” umpat Indah kesal.
“Tha, terima!” teriak Oca dari kejauhan.
Mendapat tendangan yang cukup keras dari Oca, seketika Agatha terkejut. Dia sedikit memundurkan langkah ke belakang, hingga akhirnya bola itu berhasil direbut kembali oleh pihak lawan.
“Ah, lo gimana, sih, Tha!” tuduh Oca menyalahkan.
Agatha menggigit bibir bawahnya, “sorry, gue nggak tau.”
Maru, Arion, dan Edo yang menyaksikan kejadian itu dari balkon lantai dua, tertawa ringan. Bagi mereka menyaksikan para wanita memainkan bola itu merupakan kejadian lucu. Bagaimana tidak, pasti ada saja adegan teriak, melindungi dada, dan aksi saling dorong.
Mata Maru terus menatap gadis yang selalu menguncir rambutnya itu. Kini, Maru sudah tahu nama gadis itu. Pandangan yang tadinya tenang, kini berubah nyalang. Dia tak suka melihat Zaka memberikan sebotol air mineral pada Agatha.
•••
Setelah mengganti baju olahraga dengan seragam, Agatha mengambil buku pelajaran untuk hari ini. Dia sedikit kacau karena tidak menemukan buku tebal dengan sampul yang dipasang foto dirinya. “Ca, lo liat diary gue nggak?”
“Kok, nanya gue?”