Lo cantik, Agatha
Sudah semalam penuh Agatha tak bisa memejamkan mata. Perkataan laki-laki itu selalu saja mengganggu. Padahal Agatha sudah sangat sering mendapat pujian seperti itu. Hampir setiap hari bahkan, dipuji orang baru pun sensasinya tak mendebarkan kayak begitu. Agatha menggelengkan kepalanya cepat, mencoba menepis semua hal aneh yang sejak tadi menguasai pikirannya.
Tak bisa dipungkiri, ada sedikit getaran kecil dalam dada gadis itu, getaran yang membuatnya merasa bahagia. Meski sekuat apa gadis itu menolak, bagian kecil dalam dada Agatha berkata lain. Bayangan yang sebelumnya tak ada, kini mulai menjelma, berlari liar dalam pikirannya. Ini terdengar gila, memang. Wajah laki-laki itu benar-benar membuat dia sulit memikirkan hal lain.
•••
Agatha setia menatap makanan yang tersaji lengkap dengan minumannya. Itu terdengar lebih baik daripada harus mendengarkan Zaka yang sejak tadi mencoba mengambil perhatiannya. Gadis itu sangat jengah. Duduk di situ bukanlah keinginannya, apalagi harus satu meja dengan Zaka.
Zaka lumayan berisik untuk ukuran laki-laki. Bayangkan saja, sejak mereka sampai, Zaka tak menjeda ucapannya sedikit pun. Agatha hanya menanggapi perkataannya dengan senyuman sebagai formalitas saja, tak lebih dari itu.
“Oh iya, Tha. Entar pulang bareng gue, ya,” ajak Zaka.
Mendengar itu, Agatha bingung memilih jawaban apa yang akan dia lontarkan. Jelas Agatha akan menolak karena selain tak suka Zaka, dia juga tidak bisa pulang dengan orang lain.
“Hem, sorry, gue dijemput sopir,” sahut Agatha.
Zaka masih tak menyerah. “Entar gue yang izin sama sopir lo.”
Agatha bertambah jengkel dibuatnya. Alasan apa lagi yang akan dia pakai agar Zaka berhenti. “Entar gue harus ke rumah tante gue,” alibi Agatha.
“Gue temenin,” jawab Zaka.
Agatha menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. Sungguh, Zaka sangat menyebalkan. Gadis itu sudah kehabisan ide untuk menolak ajakan kakak kelasnya itu. Zaka cukup famous di SMA Delta, menjabat sebagai kapten basket membuatnya banyak diidolakan oleh wanita. Namun, tidak dengan Agatha, dia tidak suka dan bahkan risi saat Zaka mencoba mendekatinya.
Gadis itu menoleh ke arah lain. Mencoba lari dari tatapan Zaka yang baginya tak sopan itu. Ternyata dari kejauhan ada sepasang mata yang juga menatapnya, dengan cepat Agatha menoleh lagi ke depan dan menemukan Zaka yang tersenyum genit padanya, lalu gadis itu bangkit dan memutuskan untuk pergi saja.