Lady Rose

Fadhilot
Chapter #22

Emerald High School

Selain pasrah, tidak ada yang bisa dilakukan oleh gadis yang sedang menempelkan kepala pada kaca mobil itu. Matanya menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi di luar. Hawa dingin yang berasal dari mesin AC di dalam mobil tak sedikit pun terasa olehnya. Dia benar-benar sudah mati rasa. Laju mobil yang dinaikinya perlahan melambat, sedangkan wanita di sebelahnya terlihat fokus menatap jalan. 

Terhitung dua hari setelah kepindahannya dari SMA Delta, Agatha selalu murung dan tak ingin terlibat percakapan dengan siapa pun. Kini seragam yang dipakainya berbeda, seragam berwarna hijau toska dengan rok bermotif kotak menghiasi tubuhnya. Dia sangat merindukan seragam putih abu-abu yang biasa dia pakai. 

Kini dia harus turun karena Sinta telah menghentikan mobilnya, dengan wajah tak bersahabat, Agatha turun lalu mendongakkan kepala menatap pilar-pilar tinggi dan besar yang terhalang pintu gerbang besi berwarna emas. 

Mereka berjalan menuju gerbang itu. Sontak seorang pria berbadan kekar menghampiri, dengan cekatan membuka gerbang dan mempersilakan mereka untuk masuk. Sungguh menakjubkan, tulisan besar 'Emerald High School' langsung menyambut kedatangan mereka.

Bangunan ini benar-benar terlihat seperti istana. Berbagai ukiran klasik ditemui di mana-mana. Agatha menghentikan kekagumannya dan mengejar Sinta yang ternyata sudah berjalan jauh. 

Tiba di sebuah ruangan berpintu kaca, di pintu tersebut terdapat lambang batu permata dengan warna hijau berkilau, tampaknya itu adalah pintu otomatis. Saat mereka mendekat, pintu itu terbuka, lalu memisahkan gambar batu permata yang tadinya bergabung.

Seseorang dengan wibawa yang tinggi di dalam ruangan, berdiri dari duduknya dan memberi salam sapa pada Sinta dan Agatha. Pemandangan dalam ruangan itu kembali membuat Agatha takjub. Meja berukir yang sangat cantik, juga gambar tiga dimensi yang tampak timbul di bagian dinding. 

Sinta berbicara serius dengan wanita yang memakai seragam berwarna putih itu. Sesekali mereka menatap Agatha yang duduk di sebelah Sinta, sementara Agatha menanggapinya dengan melempar senyuman. 

Setelah berujar panjang, akhirnya wanita bernama Kania itu mengajak Agatha untuk mengikutinya. Karena lorong yang dilewati mereka benar-benar kosong, sehingga bunyi langkah mereka terdengar bersahut-sahutan. 

“Ini kelas kamu,” tunjuk Kania itu memberi tahu. 

Agatha mengintip ke ruangan tersebut. Banyak siswa yang mengenakan seragam sama dengannya. Kini mereka masuk dan berdiri di depan belasan murid di kelas tersebut. Agatha diperintah agar memperkenalkan diri, dia sangat canggung karena semua mata menatapnya.

Lihat selengkapnya