Lady Rose

Fadhilot
Chapter #25

Gerald Brengsek

Terik matahari masih saja menyengat garang. Maru sampai di rumah dengan amarah yang menggebu. Dia mendengkus kasar, dadanya terlihat naik turun, setelah membuang helm dengan sembarang, lelaki itu melebarkan langkah memasuki rumah. 

Matanya menjelajah ke seluruh sudut ruang. Namun, hanya kekosongan menyambut dirinya, hingga suara motor yang memelan terdengar. Amarahnya semakin naik kala melihat seseorang sedang memarkir motor di halaman rumah.

Tak ingin membuang waktu, Maru menghampiri laki-laki yang baru saja melepas helm itu. Maru mengangkat kakinya ke udara, lalu melayangkan tendangan kuat pada pipi laki-laki yang dicurigainya. 

Mendapat tendangan yang sangat keras, membuat Gerald kehilangan keseimbangan dan merelakan tubuhnya tersungkur, dengan kekuatan yang masih dimilikinya, dia mencoba melihat siapa yang telah membuatnya seperti itu. 

Hidung Maru terlihat kembang kempis, napasnya memburu. “Lo ngapain ganggu cewek gue, Bangsat!” 

Gerald masih memegang sudut bibirnya yang pecah dan mengeluarkan darah, kini dia bangkit dan kembali berdiri tegap. Dahinya berkerut dalam, Gerald masih tak mengerti mengapa adiknya bersikap layaknya singa lapar.

“Lo apa-apaan, sih?” sentak Gerald. 

“Lo yang apa-apaan. Lo tadi bawa-bawa cewek gue apa maksudnya?” Emosi Maru sudah tak tertahan. 

Seketika Gerald terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Maru yang sama sekali tidak bisa dia mengerti. Tiba-tiba laki-laki itu teringat gadis yang baru saja diantar pulang olehnya, apa maksudnya adalah Agatha? 

“Cewek? Agatha, maksud lo?” terka Gerald. 

Maru sangat membenci Gerald, Bisa-bisanya di saat yang seperti ini dia masih pura-pura tak mengerti. “Mau lo apa, hah?” 

Gerald menyeringai sebentar, kemudian menatap tajam. “Bentar, Agatha cewek lo?”

“Nggak usah banyak bacot lo!” 

Maru kembali melayangkan pukulan ke arah pelipis Gerald. Kali ini Gerald tidak selemah tadi, dia menangkis pukulan Maru, tangan kekarnya tampak berurat, lalu memutar tangan Maru tanpa ampun. 

Maru tidak bisa menerima semua itu. Entah mendapat kekuatan dari mana, dengan sekali hentak dia bisa terlepas dari cengkeraman Gerald. Pukulan demi pukulan dia berikan, baku hantam yang terjadi di antara dua saudara itu tak terelakkan. 

Beruntung Arion dan Edo datang di saat yang tepat, keduanya melerai perkelahian itu. Arion memegang Maru yang masih tersulut emosi, sedangkan Edo menarik paksa Gerald yang sudah babak belur akibat keganasan adiknya sendiri. 

“Kita belum selesai!” seru Gerald yang kini memilih pergi. 

Arion membimbing Maru agar duduk di kursi yang tersedia di teras rumah. Alih-alih menenangkan Maru, justru Arion dan Edo mendapat semburan sisa api amarah Maru yang belum sepenuhnya padam. 

“Lo kenapa, sih dampek mukul abang lo sendiri. Lo gila, apa?” Arion memojokkan Maru.

Lihat selengkapnya